Bagaimana Sejarah Kamera Gamma?
Peralatan Kamera Gamma merupakan alat yang digunakan pada penggambaran medikal nuklir atau disebut dengan nuclear medicine, untuk melihat dan menganalisa atau mendiagnostik gambaran dari tubuh manusia dengan cara mendeteksi berkas radiasi dari radioisotop yang dimasukkan ke dalam tubuh pasien. Rancangan dasar dari kebanyakan kamera gamma yang digunakan saat ini dikembangkan oleh Hal Anger, seorang fisikawan amerika pada tahun 1957. Dan oleh karena itu seringkali disebut dengan kamera anger. Sebelum itu sistem pencacahan konvesional mulai dikembangkan oleh Copeland dan Benjamin tahun 1949.
Peralatan Kamera Gamma merupakan alat yang digunakan pada penggambaran medikal nuklir atau disebut dengan nuclear medicine, untuk melihat dan menganalisa atau mendiagnostik gambaran dari tubuh manusia dengan cara mendeteksi berkas radiasi dari radioisotop yang dimasukkan ke dalam tubuh pasien. Rancangan dasar dari kebanyakan kamera gamma yang digunakan saat ini dikembangkan oleh Hal Anger, seorang fisikawan amerika pada tahun 1957. Dan oleh karena itu seringkali disebut dengan kamera anger. Sebelum itu sistem pencacahan konvesional mulai dikembangkan oleh Copeland dan Benjamin tahun 1949.
Bagaimana Prinsip Kerjanya?
Peralatan Kamera Gamma terdiri dari 3 bagian utama yaitu bagian
deteksi, bagian pencitraan dan bagian mekanik. Bagian deteksi terdiri dari
detektor Kristal sintilator NaI(Tl), penguat awal dan bagian pengolah sinyal,
dari bagian ini dihasilkan sinyal berbobot posisi X, Y dan Z. Bagian pencitraan
terdiri dari modul antar muka dan perangkat lunak akuisisi dalam komputer,
bagian ini mengolah sinyal masukan menjadi suatu citra obyek. Sedang bagian
mekanik terdiri dari beberapa sistem mekanik beserta kontrol penggerak mekanik.
Gambar 1. Blok Diagram
Kamera Gamma
Pemakaian alat untuk pemeriksaan pasien secara ringkas dapat
diterangkan sebagai berikut. Mula mula pasien dilakukan penanganan klinis
sesuai dengan kasus yang dideritanya, kemudian pasien ditempatkan pada meja
pasien, detektor diarahkan kebagian organ yang diperiksa. Detektor akan
mendeteksi zarah radiasi yang dipancarkan oleh isotop yang terakumulasi dalam
organ pasien. Pulsa pulsa listrik yang dihasilkan oleh detektor akan dikuatkan
oleh rangkaian penguat awal, oleh bagian pengolah sinyal pulsa tersebut
dibobotkan kedalam bentuk sinyal posisi berdimensi X dan Y. Selain itu, pulsa
keluaran detektor juga dicek kebenarannya sebagai bobot energi oleh
penganalisis tinggi pulsa (Single Chanel Analyzer), sehingga pulsa yang sesuai
dengan bobot energi isotop saja yang dilewatkan, oleh teknik logika pulsa ini
dibentuk menjadi sinyal Z. Sinyal X, Y dan Z yang dihasilkan,diumpankan ke
bagian masukan modul antarmuka pencitraan untuk diubah menjadi sinyal digital
agar dapat dipahami oleh perangkat lunak akuisisi pada komputer. Hasil
perekaman data akan dicitrakan oleh perangkat lunak akuisisi Medicview menjadi
citra organ pasien, selanjutnya citra organ ini dilakukan analisis menggunakan
studi pasien, pengolahan data citra, penyimpanan file, pelaporan dan pengiriman
file kepada dokter maupun bagian lain untuk penanganan lebih lanjut.
Dasar-Dasar Kamera Gamma
Sinar gamma dipancarkan oleh sebuah nuklida melewati sebuahc oll
imator untuk menghasilkan kilatan citra didalam sebuah cakram detector yang
dibentuk oleh Kristal Sodium Iodide. Sistem kamera sintilasi menentukan sebuah
lokasi di tiap peristiwa sintilasi dan kemudian menghasilkan titik fokus cahaya
yang baik pada posisi yang bersesuaian dari tabung sinar katoda. Gambar yang
dihasilkan masih memiliki akurasi dan karakteristik yang belum bagus. Ini memerlukan
pemrosesan sinyal lanjut yang mampu memperbaiki distorsi yang terjadi pada
citra sehingga dihasilkan citra kualitas yang bagus. Gambar 2. menunjukan
bentuk dari citra dalam kristal kamera dengan sintilasi yang dihasilkan dari
penyerapan sinar gamma.
Gambar 2. Citra dalam
kristal kamera dengan sintilasi yang dihasilkan dari penyerapan sinar gamma
Collimator terdiri dari sejumlah besar timbal dengan beberapa
lubang paralel yang memiliki tampang lintang yang sama. Jumlah sinar gamma yang
diterima oleh beberapa daerah kristal secara langsung sebanding dengan jumlah
nuklida yang ditempatkan dibawah organ. Karena sinar gamma memancar ke segala
arah, maka hanya persentase kecil (biasanya 0.01%) dari sinar yang dipancarkan
oleh organ tersebut yang mampu dideteksi dan mampu membentuk citra. Sinar gamma
yang dipancarkan dari tubuh pasien ditangkap oleh kristal kristal sintilasi
berdiameter besar (NaI(Tl)) setelah melalui suatu kolimator. Guna kolimator
adalah untuk memberikan penajaman pada citra karena hanya melewatkan sinar
gamma yang searah dengan orientasi lubang kolimator dan menahan gamma hamburan.
Sedangkanshie ld timbal menjamin hanya sinar gamma yang datang dari tubuh
pasien saja yang dideteksi. Ketika suatu photon gamma berinteraksi dengan
kristal sodium iodida yang diaktivasi oleh Thallium (NaI(Tl)) maka dihasilkan
pulsa pancaran cahaya (fluorescent light) pada titik interaksi yang
intensitasnya sebanding dengan energi sinar gamma.
Pulsa pancaran cahaya tersebut kemudian dideteksi dan dikuatkan
oleh setiap PMT sepanjang permukaan belakang kristal, dimana tabung dengan
jarak terjauh menerima cahaya lebih kecil dari pada tabung yang terdekat
Efisiensi kristal ini untuk mendeteksi sinar gamma dari xenon 133 (81 keV) dan
technetium 99m (140 keV) adalah mendekati 90%, artinya hanya 10% dari foton
gamma yang melalui kristal yang tidak menghasilkan suatu pulsa cahaya. Posisi
dari kilatan cahaya ditentukan dengan melihat bagian belakang kristal yang
terdiri dari Photomultiplier tubes (PMT).
Gambar 3. Kamera
gamma komersial menggunakan 37 PMT yang disusun sedemikian rupa.
Sebuah pipa cahaya transparan disediakan untuk optical coupling
PMT ke kristal. Karakteristik optik dari pipa cahaya tersebut memiliki pengaruh
yang sangat penting dalam resolusi kamera dan keseragaman medan. Pulsa arus
keluaran dari tiap – tiap PMT diterapkan ke masukan tiap – tiap preamplifier
yang memperkuat dan membentuk pulsa sebelum dikirim untuk pemrosesan lebih
lanjut. Sinyal keluaran preamplifier adalah tegangan yang memiliki tinggi pulsa
yang sebanding dengan arus dari PMT dan energy radioaktif yang masuk ke
detektor. Lintang sinyal diset pada level ambang sebagai umpan pada summing
ampllifiers yang merubahsinyal tersebut menjadi empat posisi koordinat sinyal
yakni X+ , X , Y+, Y dan
sinyal energi total ZT juga dibuat untuk menormalisasi sinyal – sinyal tampilan
(±X ,±Y) sehingga citra organ yang ditampilkan pada layar benar – benar replica
dari organ asal.
Akuisisi citra static pada kamera gamma analog digambarkan sebagai
berikut : misalkan pada koordinat X,Y (45,18) ada pulsa dengan cacah sama
dengan N. Sinyal – sinyal tersebut dilewatkan pada rangkaian ADC. Bilangan
desimal 45 dan 18 dikonversikan ke bilangan digital sehingga posisinya dapat
dipastikan pada system video display dan apabila terjadi pulsa – pulsa diposisi
koordinat 48,18 pada kristal maka hasil cacahnya diakuisisi di lokasi yang
sesuai pada layar display. Sinyal koordinat X dan Y dapat langsung dikirim ke
peralatan penampil gambar atau direkam oleh komputer, sedangkan sinyal Z diolah
oleh penganalisis tinggi pulsa (PHA). Titik cahaya dapat dimunculkan pada layar
monitor hanya apabila pulsa energinya ada pada daerah jendela yang diatur
sebelumnya (preset window) dari PHA dengan koordinat titik cahaya ditentukan oleh
sumbu X dan Y.
Sumber:
http://en.wikipedia.org/wiki/Gamma_camera
Makalah Instrumentasi Nuklir Kamera Gamma Sekolah Tinggi Teknologi
Nuklir Nasional Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar