Senin, 06 Januari 2014

CT SCAN




Tujuan utama pada CT adalah untuk menghasilkan gambaran secara serial dengan menggunakan metode tomography dimana tiap-tiap gambaran berasal dari potongan-potongan pokok tomography ( Hounsfield, 1973 ), gambaran yang tajam dan bebas superposisi dari kedua struktur di atas dan di bawahnya.
Computer Radiography Scanner (CT-Scanner) yang juga dikenal dengan nama Computerized Axial Tomography (CAT), Computerized Aided Tomography (CAT) Computerized Transvers Axial Tomography (CTAT), Recontructive Tomography (RT) dan Computed Transmission Tomography (CTT) merupakan teknik pengambilan gambar dari suatu objek secara sectional axial, coronal dan sagital dimana berkas sinar mengitari objek.
Adapun sinar-X yang mengalami atenuasi, setelah menembus objek diteruskan ke detektor yang mempunyai sifat sangat sensitive dalam menangkap perbedaan atenuasi dari sinar-X yang kemudian mengubah sinar-X tersebut menjadi signal-signal listrik. Kemudian signal-signal listrik tersebut diperkuat oleh Photomultiplier Tube sinar-X. Data dalam bentuk signal-signal listrik tersebut diubah kedalam bentuk digital oleh Analog to Digital Converter (ADC), yang kemudian masuk ke dalam system computer dan diolah oleh computer. Kemudian Data Acquistion System (DAS) melakukan pengolahan data dalam bentuk data-data digital atau numerik.
Data-data inilah yang merupakan informasi komputer dengan rumus matematika atau algoritma yang kemudian direkonstruksi dan hasil rekonstruksi tersebut ditampilkan pada layar TV monitor berupa irisan tomography dari objek yang dikehendaki yaitu dalam bentuk gray scale image yaitu suatu skala dari kehitaman dan keputihan. Pada CT Scanner mempunyai koefisien atenuasi linear yang mutlak dari suatu jaringan yang diamati, yaitu berupa CT Number. Tulang memiliki nilai besaran CT Number yang tertinggi yaitu sebesar 1000 HU (Hounsfield Unit), dan udara mempunyai nilai CT Number yang terendah yaitu -1000 HU (Hounsfield Unit), sedangkan sebagai standar digunakan air yang memiliki CT Number 0 HU (Hounsfield Unit). Nilai diatas merupakan nilai pada pesawat CT yang memiliki faktor pembesaran konstan 1000, untuk memperjelas suatu struktur yang satu dengan struktur yang lainnya yang mempunyai nilai perbedaan koefisien atenuasi kurang dari 10% maka dapat digunakan window width untuk memperoleh rentang yang lebih luas. ( Somatom Emotion Application Guide, hal 11, 2005 )
1. Struktur Komponen Pesawat CT-Scan
Komponen-komponen pesawat, meliputi :
a. Meja Pemeriksaan
Meja pemeriksaan merupakan tempat pasien diposisikan untuk dilakukannya pemeriksaan CT-Scan. Bentuknya kurva dan terbuat dari Carbon Graphite Fiber. Setiap scanning satu slice selesai, maka meja pemeriksaan akan bergeser sesuai ketebalan slice ( slice thickness ). Meja pemeriksaan terletak dipertengahan gantry dengan posisi horizontal dan dapat digerakkan maju, mundur, naik dan turun dengan cara menekan tombol yang melambangkan maju, mundur, naik, dan turun yang terdapat pada gantry.
b. Gantry
Gantry merupakan komponen pesawat CT-Scan yang didalamnya terdapat tabung sinar-x, filter, detektor, DAS ( Data Acquisition System ). Serta lampu indikator untuk sentrasi. Pada gantry ini juga dilengkapi dengan indikator data digital yang memberi informasi tentang ketinggian meja pemeriksaan, posisi objek dan kemiringan gantry.
Pada pertengahan gantry diletakkan pasien. Tabung sinar-x dan detektor yang letaknya selalu berhadapan didalam gantry akan berputar mengelilingi objek yang akan dilakukan scanning.
1) Tabung sinar-x
Berfungsi sebagai pembangkit sinar-X dengan sifat:
1. Bekerja pada tegangan tinggi diatas 100 kV
2. Ukuran focal spot kecil 10 – 1 mm
3. Tahan terhadap goncangan
2) Kolimator
Pada pesawat CT-Scan, umumnya terdapat dua buah kolimator, yaitu:
- Kolimator pada tabunng sinar-x
Fungsinya: untuk mengurangi dosis radiasi, sebagai pembatas luas lapangan penyinaran dan mengurangi bayangan penumbra dengan adanya focal spot kecil.
- Kolimator pada detektor
Fungsinya: untuk pengarah radiasi menuju ke detektor, pengontrol radiasi hambur dan menentukan ketebalan lapisan ( slice thickness ).
3) Detektor dan DAS ( Data Acqusition system )
Setelah sinar-x menembus objek, maka akan diterima oleh detector yang selanjutnya dan dilakukan proses pengolahan data oleh DAS. Adapun fungsi detector dan DAS secara garis besar adalah: untuk menangkap sinar-x yang telah menembus objek, mengubah sinar-x dalam bentuk cahaya tampak, kemudian mengubah cahaya tampak tersebut menjadi sinyal-sinyal electron, lalu kemudian menguatkan sinyal-sinyal electron tersebut dan mengubah sinyal electron tersebut kedalam bentuk data digital.
c. Komputer
Merupakan pengendali dari semua instrument pada CT-Scan. Berfungsi untuk melakukan proses scanning, rekonstruksi atau pengolahan data, menampilkan ( display ) gambar serta untuk menganalisa gambar.
Adapun elemen-elemen pada computer adalah sebagai berikut:
1) Input Device
Adalah unit yang menterjemahkan data-data dari luar kedalam bahasa computer sehingga dapat menjalankan program atau instruksi.
2) CPU ( Central Procesing Unit )
Merupakan pusat pengolahan dan pengelolaan dari keseluruhan system computer yang sedang bekerja. Terdiri atas :
- ALU ( Arithmetic Logic Unit )
Berfungsi untuk melaksanakan proses berupa arithmetic operation seperti penambahan, pengurangan, pembagian, serta perkalian.
- Control Unit
Berfungsi untuk mengontrol keseluruhan system computer dalam melakukan pengolahan data.
- Memory Unit
Berfungsi sebagai tempat penyimpanan data ataupun instruksi yang sedang dikerjakan.
3) Output Device
Digunakan untuk menampilkan hasil program atau instruksi sehingga dapat dengan mudah dilihat oleh personil yang mengoperasikannya, misalnya CRT (Cathoda Ray Tube).
d. Layar TV Monitor
Berfungsi sebagai alat untuk menampilkan gambar dari objek yang diperiksa serta menampilkan instruksi-instruksi atau program yang diberikan.

e. Image Recording
Berfungsi untuk menyimpan program hasil kerja dari computer ketika melakukan scanning, rekonstruksi dan display gambar. digunakan:
1) Magnetik Disk
Digunakan untuk penyimpanan sementara dari data atau gambaran, apabila gambaran akan ditampilkan dan diproses. Magnetic disk dapat menyimpan dan mengirim data dengan cepat, bentuknya berupa piringan yang dilapisi bahan ferromagnetic. Kapasitasnya sangat besar.
2) Floppy Disk
Biasa disebut dengan disket, merupakan modifikasi dari magnetic disk, bentuknya kecil dan fleksibel atau lentur. Floppy disk mudah dibawa dan disimpan. Kapaasitasnya relative kecil (sekarang sudah tidak digunakan lagi).
f. Operator Terminal
Merupakan pusat semua kegiatan scanning atau pengoperasian system secara umum serta berfungsi untuk merekonstruksi hasil gambaran sesuai dengan kebutuhan.
g. Multiformat Kamera
Digunakan untuk memperoleh gambaran permanen pada film. Pada satu film dapat dihasilkan beberapa irisan gambar tergantung jenis pesawat CT dan film yang digunakan.
Wednesday, January 6th, 2010
PERKEMBANGAN CT SCAN
Kata ‘generasi’ digunakan untuk membedakan rancangan konfigurasi tabung-detektor pada CT.
Generasi ke-1 :
• Gerakan translasi dan rotasi
• Berkas sinar-X berbentuk pensil (pencil beam)
• Geometri berkas sinar paralel.
• FOV (field of view) 24 cm.
• Menggunakan 2 buah detektor sehingga sekali scan dapat menghasilkan 2 irisan.
• 160 berkas paralel/proyeksi.
• 180 proyeksi dengan interval 1 derajat.
• Detektor tidak dapat mendeteksi perbedaan intensitas sinar-X yang sangat besar, oleh karena itu kepala yang diperiksa harus dikelilingi oleh kantong berisi air.
• Kristal NaI yang digunakan sebagai detektor memiliki waktu “afterglow” yang nyata.
• Keuntungan: pengaruh hamburan radiasi pada detector ditiadakan karena berkas sinar-X yang berbentuk pensil

Generasi ke-2 :
• Menggunakan 30 linear array detector.
• Kerugian: adanya pengaruh radiasi hamburan dan meningkatnya intensitas ke arah tepi dari berkas sinar-X yang berbentuk kipas. Hal ini diatasi dengan penambahan filter dasi kupu-kupu pada jendela tabung sinar-X.
• Keuntungan: waktu scan lebih singkat, yaitu antara 18 hingga 30 detik/irisan.
Generasi ke-3 : Rotasi/Rotasi, Fan Beam
• Konfigurasi rotasi/rotasi.
• Berkas sinar-x berbentuk kipas (fan beam).
• Menggunakan detektor array.
• Waktu scan 1 detik.
• Kekurangan: kemungkinan terjadinya ring artefact karena adanya kerusakan kanal detektor.
Generasi ke-4 : Rotasi/Diam
• Tabung sinar-X berputar dan detektor diam.
• Detektor tersusun melingkar berbentuk lingkaran.
• Sekitar 8000 buah detektor diperlukan.
• Waktu scan 1 detik.
• Kerugian: harga mahal, dosis radiasi pada pasien lebih tinggi.
• Keuntungan: tidak terjadi ring artefact.
• Masalah: jarak antara tabung sinar-X dan elemen detector tidak semuanya sama -> diatasi dengan kalibrasi dan normalisasi saat scan.
Generasi ke-5 : Electron Beam Technique
CT Scanner ini tidak memiliki sinar x tabung tetapi menggunakan elektron gun yang menghasilkan berkas elektron yang diakselerasikan sepanjang tabung.
Berkas elektron dipusatkan, dengan coil elektromagnet, ke focal spot kecil pada ring tungsten. Area target ini kemudian berjalan terus sepanjang ring
- Waktu scan 50 ms
- Digunakan untuk scan jantung
Generasi ke-6 : Spiral atau Helical CT
• Teknologi Slip-Ring sekitar tahun 1990-an.
• Akuisisi data dilakukan dengan meja yang bergerak sementara tabung sinar-X berputar sehingga gerakan tabung sinar-X membentuk pola spiral terhadap pasien saat dilakukan akuisisi data.
• Diterapkan pada konfigurasi rancangan CT generasi ke-3 dan ke-4.
Teknologi Slip-ring
Aliran listrik disalurkan melalui sejumlah konduktor berbentuk cincin yang disusun secara paralel, sehingga tidak menggunakan kabel lagi.
- Rotasi Gantry yang kontinu
- Merupakan syarat untuk CT-Scan spiral/helical
Kuntungan Spiral CT
- Melakukan scan satu bagian volume dengan sekali tahan nafas.
- Mengurangi efek partial volume.
- Tidak ada celah.
- Rekonstruksi gambar secara tumpang tindih dapat dilakukan tanpa tambahan dosis radiasi.
- Meningkatkan kualitas data untuk keperluan rekonstruksi 3D (3D-rendering)
Generasi ke-7 : Multi Detector Array CT
• Tabung sinar-X memiliki kapasitas panas yang terbatas. Hanya 1% dari energi yang dikonversi menjadi sinar-X.
• Dengan detektor multi array maka apabila kolimator dibuka lebih lebar akan diperoleh data proyeksi lebih banyak.
Dengan demikian maka penggunaan energi sinar-X lebih efisien.
• Pada detektor array tunggal, apabila kolimator dibuka lebih lebar maka akan diperoleh irisan yang lebih tebal yang akan mengurai resolusi spatial.
• Masalah: cone beam artefact.
• Keuntungan: meningkatkan waktu scan hingga 0,33 detik, resolusi dalam arah sumbu-Z hingga < 0,4 mm, dan dosis radiasi lebih rendah.
Wednesday, January 6th, 2010
Perkembangan teknologi di bidang radiology telah mengalami kejuan yang pesat, mulai dari dikembangkannya USG 4 dimensi, MRI, PET, SPECT, komputer radiografi, Digital Radiografi, serta CT Scan.
Terlebih lagi dengan CT Scan, Alat radiografi imaging tersebut telah mengalami metamorfosis yang sangat cepat. Mulai dari CT Scan generasi 1 sampai 4, CT Scan Spiral, CT Scan 2 Slice sampai dengan CT Scan 64 Slice yang paling canggih. Kini telah ditemukan keluarkan kembali CT Scan yang terbaru dari SIEMENS, yaitu , Siemens’ SOMATOM Definition Dual Source CT Scanner
Belum semua ne­gara memiliki Dual Source ini, sebutlah Perth, Australia, yang tidak memiliki satu pun. Se­dangkan Singapura baru mempunyai satu Dual Source.
Bagiamana dengan Indonesia ?
untuk diketahui, kita harus bangga bahwa kini Indonesia juga telah memiliki CT Scan canggih tersebut. Di Indonesia baru ada 2 rumah sakit yang memiliki alat tersebut, yaitu RS Siloam Kebon Jeruk dan RS Siloam Karawaci.
Dijelaskan dr Nina I.S.H Supit, Sp. Rad, Radiology Manager, berbagai ma­cam keuntungan didapat dari Dual Source ini. Sehingga jika dibandingkan dengan alat scanning sebelumnya, Dual Source ini jauh lebih canggih.
Ketika Dual Source dipublikasikan pada tahun 2005, alat tersebut diyakini tidak hanya akan merubah penampilan dari CT Scan. Akan tetapi alan merubah masa depan ilmu pengobatan, tidak hanya akan mengatasi penghalang yang kritis dalam cardiac imaging, tetapi juga memperkenalkan keseluruhan cara yang baru dalam mengkarakteristikkan body tissue dengan menggunakan teknik Dual Energy.
Sejak awal sudah diyakini bahwa cardiac imaging akan sangat dipengaruhi oleh Dual Source CT. dengan temporal resolution yang hanya 83 milliseconds, Siemens’ SOMATOM Definition Dual Source CT Scanner dapat seolah olah membekukan gerakan dari jantung, bahkan pada kebayakan pasien berat sekalipun.
“Dual Source CT telah mengatasi banyak rintangan yang kami peroleh dengan menggunakan CT Scan 64-Slices”, kata Dr Michael Gallagher, Kardiologi di RS William Beaumont, Royal Oak, Michigan.
“Kami mendapatkan artifact yang lebih sedikit, tidak tergantung dari laju jantung, tidk tergantung dari regularitas ritne jantung, dan secara keseluruhan, mendapatkan persentase yang lebih besar dalam mendiagnosa”.
CARA KERJA CT DUAL SOURCE
Ide dari CT Dual Source adalah sangat sederhana, hanya menggunakan dua sumber X-ray dan dua detector, dalamwaktu yang
bersamaan.
Sistem pertama yang menggunakan teknologi tersebut adalah Siemens’ SOMATOM Defenition . Alat tersebut dilengkapi dengan dua sumber X-ray dan dua detector yang baerotasi secara sinkron, serta secara simultan menangkap data gambaran dalam waktu setengah dari waktu yang dibutuhkan dengan mengunakan teknologi konvensional.
Keunggulan Dual Source CT terletak pada dua unit X-ray source serta dua unit detektor yang bekerja secara bersamaan. Pada single source scanner, satu irisan pencitraan dihasilkan setelah perputaran alat 180 derajat. Namun pada DSCT, dengan dua rantai penggambaran yang saling tegak lurus dapat dihasilkan informasi yang sama dalam putaran 90 derajat.
Hal tersebut menghasilkan resolusi temporal dua kali lipat, dua kali lebih cepat, tenaga dua kali lipat, serta menghasilkan dosis radiasi yang lebih kecil.
TIDAK MEMERLUKAN BETA BLOCKER
“ Image quality yang dihasilkan Dual Source CT sangat baik. Bahkan, walaupun tanpa menggunakan beta blocker hasilnya sama bagusnya dengan gambaran yang dihasilkan oleh CT 64 slice yang pasiennya menggunakan beta blocker”, kata Dr. Galagher
Kemampuan untuk mengeliminasi pemakaian beta blocker, telah memberikan efek yang besar dalam mendiagnosa penyakit nyeri dada akut (acut chest pain). Hal tersebut dapat memperbesar rentang pasien yang mmenuhi syarat untuk dilakukan Ct Cardiac, dapat mempersingkat waktu persiapan pasien baik di ruang emergensi ataupun di ruang CT Scan, mempercepat diagnosa, dan mengurangi biaya pengobatan.
“Tanpa harus memakai betablocker, bagian pembuluh darah, otot jantung dan gerakannya bisa dilihat melalui layar monitor dengan pencitraan tiga dimensi yang detil. Dalam 10 detik pemeriksaan, penyumbatan pada pembuluh atau pengapuran pun bisa terlihat. Radiasinya juga lebih rendah yakni berkurang sekitar 50 persen dibanding single source tercanggih (64-slice),” kata dr Nina I.S.H Supit, Sp. Rad, Radiology Manager RS Siloam.

Sebelum adanya Dual Source CT, 20% pasien tidak dapat dilakukan pemeriksaan CT Cardiac, dikarenakan kondisi pasien yang tidak memungkinkan untuk diberikan beta blocker untuk memperlambat denyut jantung menjadi 65 – 70 beat/second, denyut yang dibutuhkan untuk menghasilkan image quality yang bik dalam menggunakan CT Scan 64 slice.
Pasien yang tidak bisa diberikan beta blocker antara lain: pasien asma, disfungsi ventrikel kiri, dan pasien yang telah menggunakan cocain dalm waktu beberapa hari sebelum pemeriksaan. Dengan CT Scan Dual Source, pasien-pasien tersebut dapat dilakukan pemeriksaan CT Cardiac, karena tidak memerlukan beta blocker.
Kemampuan untuk menghilangkan pemekaian beta blocker pada protocol pemeriksaan CT Scan, tidak hanya merupakan keuntungan klinik. Hal tersebut juga dapat mempersingkat waktu diagnosa pasien mulai dari awal sampai seelsai, serta dapat menghemat waktu dan uang.
SCAN LEBIH BANYAK PASIEN
Kemampuan untuk mengunakan kombinasidari dua sumber X-Ray dengan total tenaga 160 kW memungkinkan CT Scan Dual Source untuk mengatasi atenuasi sof tissue di bagian dada. Di masa lalu, Kardiolog di William Beaumont tidak akan sanning patsien dengan Body Mass Index (BMI) lebih besar dari 39, bayangkan pasien dengan ting 5 kaki dan 11 inch dengan berat 280 pound, karena gambaran yang dihasilkan terlau banyak noise.
Kini, dengan menggunakan CT Scan Dual Source gambaran yang dihasilkan dari pasien obesitas akan didapat kan signal to noise ratio (STR) yang lebih baik.
DUAL ENERGY IMAGING MENGHASILKAN APLIKASI CT SCAN BARU
Kemampuan DSCT untuk mengoperasikan dua sumber X-Ray pada level energy berbeda secara simultan dapat membedakan material seperti lemak, soft tissue, dan contras agent berdasarkan perbedaan tiap-tiap kontras, bias membuka aplikasi klinis yang baru.
Salah satu kemampuan terpenting pada aplikasi dual energy adalah kemampuan untuk menghasilkan gambaran virtual noncontrast . Gambaran tersebut didapatkan dengan menggabungkan data dari pemakaian energy 80 kV dan 140 kV. Karena iodine mempunyai atenuasi maksimum pada energy rendah, pemakaian 80 kV dapat digunakan untuk mensubtraksi material kontras dari gambaran, menciptakan gambaran virtual non contrast, serta membandingkan gambaran sebelum dan sesudah untuk mempertegas area dari penambahan kontras.
Teknik tersebut mempunyai banyak keguanaan . contohnya : untuk memperlihatkan densitas liver sebelum pemasukkan kontras, untuk memperkiraan hyperdense kista gnjal, untuk membedakan antara benigna ,maligna, dan massa pada liver dan ginjal.
Teknik Dual energy ini juga dapat digunakan untuk menghilangkan gambaran tulang pada CT Angiografi.
KESIMPULAN :
Dari tulisan tadi dapat kita simpulkan bahwa :
- Siemens’ SOMATOM Definition Dual Source CT Scanner merupakan alat CT scan yang tercanggih saat ini.
- Alat tersebut sangat baik untuk digunakan dalam pemeriksaan CT Cardiac
- DSCT memiliki dua sumber X-ray dan Dua detector yang bergerak secara simultan dalam waktu yang bersamaan
- Untuk pemeriksaan CT cardiac dengan menggunakan DSCT, tidak memerlukan beta blocker
- Keuntungan pemakaian DSCT antara lain :
o Tidak memerlukan pemakaian beta blocker
o Karena tidak membutuhkan beta blocker, maka pasien yang bisa dilakukan pemeriksaan CT cardiac menjadi lebih banyak dan beragam.
o Scanning dua kali lebih cepat dari CT Scan 64 slice
o Resolusi yang dihasilkan lebih tajam
o Menghasilkan signal to noise yang lebih baik
o Bisa melakukan teknik dual energy yang bisa dipakai untuk :
  • Membedakan material seperti lemak, soft tissue dan kontras agen
  • Menghasilkan gambaran virtual non contras
  • Dipakai untuk menghilangkan gambaran tulang pada CT angiografi
Link: http://www.posradiografer.com/index.php?option=com_content&view=article&id=47:ct-scan-dual-source&catid=35&Itemid=88
Wednesday, October 28th, 2009
Penciptaan yang Berpasang-Pasangan
“Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.” (Al Qur’an, 36:36)
Meskipun gagasan tentang “pasangan” umumnya bermakna laki-laki dan perempuan, atau jantan dan betina, ungkapan “maupun dari apa yang tidak mereka ketahui” dalam ayat di atas memiliki cakupan yang lebih luas. Kini, cakupan makna lain dari ayat tersebut telah terungkap. Ilmuwan Inggris, Paul Dirac, yang menyatakan bahwa materi diciptakan secara berpasangan, dianugerahi Hadiah Nobel di bidang fisika pada tahun 1933. Penemuan ini, yang disebut “parité”, menyatakan bahwa materi berpasangan dengan lawan jenisnya: anti-materi. Anti-materi memiliki sifat-sifat yang berlawanan dengan materi. Misalnya, berbeda dengan materi, elektron anti-materi bermuatan positif, dan protonnya bermuatan negatif. Fakta ini dinyatakan dalam sebuah sumber ilmiah sebagaimana berikut:
“…setiap partikel memiliki anti-partikel dengan muatan yang berlawanan … … dan hubungan ketidakpastian mengatakan kepada kita bahwa penciptaan berpasangan dan pemusnahan berpasangan terjadi di dalam vakum di setiap saat, di setiap tempat.”
Semua ini menunjukkan bahwa unsur besi tidak terbentuk di Bumi, melainkan dibawa oleh meteor-meteor melalui ledakan bintang-bintang di luar angkasa, dan kemudian “dikirim ke bumi”, persis sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut. Jelas bahwa fakta ini tak mungkin diketahui secara ilmiah pada abad ke-7, di saat Al Qur’an diturunkan. (http://www.2think.org/nothingness.html, Henning Genz – Nothingness: The Science of Empty Space, s. 205)
taken from : http://www.keajaibanalquran.com/
Wednesday, October 28th, 2009
Relativitas Waktu
Kini, relativitas waktu adalah fakta yang terbukti secara ilmiah. Hal ini telah diungkapkan melalui teori relativitas waktu Einstein di tahun-tahun awal abad ke-20. Sebelumnya, manusia belumlah mengetahui bahwa waktu adalah sebuah konsep yang relatif, dan waktu dapat berubah tergantung keadaannya. Ilmuwan besar, Albert Einstein, secara terbuka membuktikan fakta ini dengan teori relativitas. Ia menjelaskan bahwa waktu ditentukan oleh massa dan kecepatan. Dalam sejarah manusia, tak seorang pun mampu mengungkapkan fakta ini dengan jelas sebelumnya.
Tapi ada perkecualian; Al Qur’an telah berisi informasi tentang waktu yang bersifat relatif! Sejumlah ayat yang mengulas hal ini berbunyi:
“Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu menurut perhitunganmu.” (Al Qur’an, 22:47)
“Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu.” (Al Qur’an, 32:5)
“Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun.” (Al Qur’an, 70:4)
Dalam sejumlah ayat disebutkan bahwa manusia merasakan waktu secara berbeda, dan bahwa terkadang manusia dapat merasakan waktu sangat singkat sebagai sesuatu yang lama:
“Allah bertanya: ‘Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?’ Mereka menjawab: ‘Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.’ Allah berfirman: ‘Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui’.” (Al Qur’an, 23:122-114)
Fakta bahwa relativitas waktu disebutkan dengan sangat jelas dalam Al Qur’an, yang mulai diturunkan pada tahun 610 M, adalah bukti lain bahwa Al Qur’an adalah Kitab Suci.
taken from : http://www.keajaibanalquran.com/
Wednesday, October 28th, 2009
Rahasia Bes                                                  
Besi adalah salah satu unsur yang dinyatakan secara jelas dalam Al Qur’an. Dalam Surat Al Hadiid, yang berarti “besi”, kita diberitahu sebagai berikut:
“…Dan Kami turunkan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia ….” (Al Qur’an, 57:25)
Kata “anzalnaa” yang berarti “kami turunkan” khusus digunakan untuk besi dalam ayat ini, dapat diartikan secara kiasan untuk menjelaskan bahwa besi diciptakan untuk memberi manfaat bagi manusia. Tapi ketika kita mempertimbangkan makna harfiah kata ini, yakni “secara bendawi diturunkan dari langit”, kita akan menyadari bahwa ayat ini memiliki keajaiban ilmiah yang sangat penting.
Ini dikarenakan penemuan astronomi modern telah mengungkap bahwa logam besi yang ditemukan di bumi kita berasal dari bintang-bintang raksasa di angkasa luar.
Logam berat di alam semesta dibuat dan dihasilkan dalam inti bintang-bintang raksasa. Akan tetapi sistem tata surya kita tidak memiliki struktur yang cocok untuk menghasilkan besi secara mandiri. Besi hanya dapat dibuat dan dihasilkan dalam bintang-bintang yang jauh lebih besar dari matahari, yang suhunya mencapai beberapa ratus juta derajat. Ketika jumlah besi telah melampaui batas tertentu dalam sebuah bintang, bintang tersebut tidak mampu lagi menanggungnya, dan akhirnya meledak melalui peristiwa yang disebut “nova” atau “supernova”. Akibat dari ledakan ini, meteor-meteor yang mengandung besi bertaburan di seluruh penjuru alam semesta dan mereka bergerak melalui ruang hampa hingga mengalami tarikan oleh gaya gravitasi benda angkasa.
Semua ini menunjukkan bahwa logam besi tidak terbentuk di bumi melainkan kiriman dari bintang-bintang yang meledak di ruang angkasa melalui meteor-meteor dan “diturunkan ke bumi”, persis seperti dinyatakan dalam ayat tersebut: Jelaslah bahwa fakta ini tidak dapat diketahui secara ilmiah pada abad ke-7 ketika Al Qur’an diturunkan.
taken from : http://www.keajaibanalquran.com/
Wednesday, October 28th, 2009

Perumpamaan :

· Apabila ada sebuah benda sedang bergerak lurus dan diberikan gaya luar ke arah samping maka benda itu tidak akan bergerak lurus, melainkan ia akan bergerak membelok ke arah samping karena adanya gaya luar tersebut.
· Misalkan anda sedang menghadapi sebuah bola meriam yang sedang melewati anda dan anda mau membelokkannya pada saat tepat lewat di depan anda. Dan alat yang anda punya hanyalah sebuah selang penyemprot air yang dihubungkan dengan sebuah pompa jet. Sejujurnya, apa yang anda lakukan .itu tidak akan berpengaruh banyak. Karena bola meriam itu sangat berat dan ia tidak akan membelok dari jalur lurusnya.
· Berapa besar penyimpangan yang akan terjadi karena gaya luar itu, tergantung pada massa benda tersebut (dalam hal ini bola). Apabila kecepatan bola dan besarnya gaya luar itu diketahui anda bisa menghitung massa bola tersebut jika sudah diketahui bagaimana pola pembelokan yang terjadi pada bola tersebut. Semakin kecil pembelokan yang terjadi, berarti semakin berat massa bola tersebut.(Perhitungan yang sebenarnya tidaklah terlalu sulit) Prinsip diatas tersebut dapat juga diterapkan pada benda atau partikel seukuran atom.
Prinsip dasar dalam alat spektrometer massa
Atom dapat dibelokkan dalam sebuah medan magnet (dengan anggapan atom tersebut diubah menjadi ion terlebih dahulu). Karena partikel-partikel bermuatan listrik dibelokkan dalam medan magnet dan partikel-partikel yang tidak bermuatan (netral) tidak dibelokkan.
Tahap –tahap yang terjadi dalam alat spektrometer massa :
1. Tahap pertama : Ionisasi
Atom di-ionisasi dengan emengambilf satu atau lebih elektron dari atom tersebut supaya terbentuk ion positif. Ini juga berlaku untuk unsur-unsur yang biasanya membentuk ion-ion negatif (sebagai contoh, klor) atau unsur-unsur yang tidak pernah membentuk ion (sebagai contoh, argon). spektrometer massa ini selalu bekerja hanya dengan ion positif.
2. Tahap kedua : Percepatan
Ion-ion tersebut dipercepat supaya semuanya mempunyai energi kinetik yang sama.
3. Tahap ketiga : Pembelokan
Ion-ion tersebut dibelokkan dengan menggunakan medan magnet, pembelokan yang terjadi tergantung pada massa ion tersebut. Semakin ringan massanya, akan semakin dibelokan. Besarnya pembelokannya juga tergantung pada besar muatan positif ion tersebut. Dengan kata lain, semakin banyak elektron yang ediambilf pada tahap 1, semakin besar muatan ion tersebut, pembelokan yang terjadi akan semakin besar.
4. Tahap keempat : Pendeteksian
Sinar-sinar ion yang melintas dalam mesin tersebut dideteksi dengan secara elektrik.
Diagram alat spektrometer massa:



Penting bagi ion-ion yang telah dibuat dalam ruang ionisasi untuk dapat bergerak lurus dalam mesin tanpa bertabrakan dengan molekul2 udara.
2. Ionisasi
Sampel yang berbentuk gas (vaporised sample) masuk ke dalam ruang ionisasi. Kumparan metal yang dipanaskan dengan menggunakan listrik emelepaskanf elektron-elektron yang ada pada sampel dan elektron-elektron lepas itu menempel pada perangkap elektron (electron trap) yang mempunyai muatan positif.
Partikel-partikel dalam sample tersebut (atom atau molekul) dihantam oleh banyak sekali elektron-elektron, dan beberapa dari tumbukan tersebut mempunyai energi cukup untuk melepaskan satu atau lebih elektron dari sample tersebut sehingga sample tersebut menjadi ion positif.
Kebanyakan ion-ion positif yang terbentuk itu mempunyai muatan +1 karena akan jauh lebih sulit untuk memindahkan elektron lagi dari sample yang sudah menjadi ion positif.
Ion-ion positif yang terbentuk ini ediajak keluarf dan masuk ke bagian mesin yang merupakan sebuah lempengan metal yang bermuatan positif (Ion repellel).
Tambahan: Seperti yang anda akan lihat sebentar lagi, seluruh ruang ionisasi ini dilakukan dengan menggunakan tegangan listrik positif yang besar (10.000 V). Ketika kita berbicara tentang kedua lempengan bermuatan positif, berarti lempengan tersebut mempunyai muatan lebih dari 10.000 V.
3. Percepatan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar