Tujuan utama pada CT adalah untuk menghasilkan
gambaran secara serial dengan menggunakan metode tomography dimana tiap-tiap
gambaran berasal dari potongan-potongan pokok tomography ( Hounsfield, 1973 ),
gambaran yang tajam dan bebas superposisi dari kedua struktur di atas dan di
bawahnya.
Computer Radiography Scanner (CT-Scanner) yang juga
dikenal dengan nama Computerized Axial Tomography (CAT), Computerized Aided
Tomography (CAT) Computerized Transvers Axial Tomography (CTAT), Recontructive
Tomography (RT) dan Computed Transmission Tomography (CTT) merupakan teknik
pengambilan gambar dari suatu objek secara sectional axial, coronal dan sagital
dimana berkas sinar mengitari objek.
Adapun sinar-X yang mengalami atenuasi, setelah
menembus objek diteruskan ke detektor yang mempunyai sifat sangat sensitive
dalam menangkap perbedaan atenuasi dari sinar-X yang kemudian mengubah sinar-X
tersebut menjadi signal-signal listrik. Kemudian signal-signal listrik tersebut
diperkuat oleh Photomultiplier Tube sinar-X. Data dalam bentuk signal-signal
listrik tersebut diubah kedalam bentuk digital oleh Analog to Digital Converter
(ADC), yang kemudian masuk ke dalam system computer dan diolah oleh computer.
Kemudian Data Acquistion System (DAS) melakukan pengolahan data dalam bentuk
data-data digital atau numerik.
Data-data inilah yang merupakan informasi komputer
dengan rumus matematika atau algoritma yang kemudian direkonstruksi dan hasil
rekonstruksi tersebut ditampilkan pada layar TV monitor berupa irisan
tomography dari objek yang dikehendaki yaitu dalam bentuk gray scale image
yaitu suatu skala dari kehitaman dan keputihan. Pada CT Scanner mempunyai
koefisien atenuasi linear yang mutlak dari suatu jaringan yang diamati, yaitu
berupa CT Number. Tulang memiliki nilai besaran CT Number yang tertinggi yaitu
sebesar 1000 HU (Hounsfield Unit), dan udara mempunyai nilai CT Number yang
terendah yaitu -1000 HU (Hounsfield Unit), sedangkan sebagai standar digunakan
air yang memiliki CT Number 0 HU (Hounsfield Unit). Nilai diatas merupakan
nilai pada pesawat CT yang memiliki faktor pembesaran konstan 1000, untuk
memperjelas suatu struktur yang satu dengan struktur yang lainnya yang
mempunyai nilai perbedaan koefisien atenuasi kurang dari 10% maka dapat
digunakan window width untuk memperoleh rentang yang lebih luas. ( Somatom
Emotion Application Guide, hal 11, 2005 )
1. Struktur Komponen Pesawat CT-Scan
Komponen-komponen pesawat, meliputi :
a. Meja Pemeriksaan
Meja pemeriksaan merupakan tempat pasien diposisikan
untuk dilakukannya pemeriksaan CT-Scan. Bentuknya kurva dan terbuat dari Carbon
Graphite Fiber. Setiap scanning satu slice selesai, maka meja pemeriksaan
akan bergeser sesuai ketebalan slice ( slice thickness ). Meja
pemeriksaan terletak dipertengahan gantry dengan posisi horizontal dan dapat
digerakkan maju, mundur, naik dan turun dengan cara menekan tombol yang
melambangkan maju, mundur, naik, dan turun yang terdapat pada gantry.
b. Gantry
Gantry merupakan komponen pesawat CT-Scan yang
didalamnya terdapat tabung sinar-x, filter, detektor, DAS ( Data Acquisition
System ). Serta lampu indikator untuk sentrasi. Pada gantry ini juga
dilengkapi dengan indikator data digital yang memberi informasi tentang ketinggian
meja pemeriksaan, posisi objek dan kemiringan gantry.
Pada pertengahan gantry diletakkan pasien. Tabung
sinar-x dan detektor yang letaknya selalu berhadapan didalam gantry akan
berputar mengelilingi objek yang akan dilakukan scanning.
1) Tabung sinar-x
Berfungsi sebagai pembangkit sinar-X dengan sifat:
1. Bekerja pada tegangan tinggi diatas 100 kV
2. Ukuran focal spot kecil 10 – 1 mm
3. Tahan terhadap goncangan
2) Kolimator
Pada pesawat CT-Scan, umumnya terdapat dua buah
kolimator, yaitu:
- Kolimator pada tabunng sinar-x
Fungsinya: untuk mengurangi dosis radiasi, sebagai pembatas luas
lapangan penyinaran dan mengurangi bayangan penumbra dengan adanya focal
spot kecil.
- Kolimator pada detektor
Fungsinya: untuk pengarah radiasi menuju ke detektor, pengontrol
radiasi hambur dan menentukan ketebalan lapisan ( slice thickness ).
3) Detektor dan DAS ( Data
Acqusition system )
Setelah sinar-x menembus objek, maka akan
diterima oleh detector yang selanjutnya dan dilakukan proses pengolahan data
oleh DAS. Adapun fungsi detector dan DAS secara garis besar adalah: untuk
menangkap sinar-x yang telah menembus objek, mengubah sinar-x dalam bentuk
cahaya tampak, kemudian mengubah cahaya tampak tersebut menjadi sinyal-sinyal
electron, lalu kemudian menguatkan sinyal-sinyal electron tersebut dan mengubah
sinyal electron tersebut kedalam bentuk data digital.
c. Komputer
Merupakan pengendali dari semua instrument pada
CT-Scan. Berfungsi untuk melakukan proses scanning, rekonstruksi atau
pengolahan data, menampilkan ( display ) gambar serta untuk menganalisa gambar.
Adapun elemen-elemen pada computer adalah sebagai berikut:
1) Input Device
Adalah unit yang menterjemahkan data-data dari luar
kedalam bahasa computer sehingga dapat menjalankan program atau instruksi.
2) CPU ( Central Procesing Unit )
Merupakan pusat pengolahan dan pengelolaan dari
keseluruhan system computer yang sedang bekerja. Terdiri atas :
- ALU ( Arithmetic Logic Unit )
Berfungsi untuk melaksanakan proses berupa arithmetic
operation seperti penambahan, pengurangan, pembagian, serta perkalian.
- Control Unit
Berfungsi untuk mengontrol keseluruhan system computer
dalam melakukan pengolahan data.
- Memory Unit
Berfungsi sebagai tempat penyimpanan data ataupun
instruksi yang sedang dikerjakan.
3) Output Device
Digunakan untuk menampilkan hasil program atau
instruksi sehingga dapat dengan mudah dilihat oleh personil yang
mengoperasikannya, misalnya CRT (Cathoda Ray Tube).
d. Layar TV Monitor
Berfungsi sebagai alat untuk menampilkan gambar dari
objek yang diperiksa serta menampilkan instruksi-instruksi atau program yang
diberikan.
e. Image Recording
Berfungsi untuk menyimpan program hasil kerja dari
computer ketika melakukan scanning, rekonstruksi dan display gambar. digunakan:
1) Magnetik Disk
Digunakan untuk penyimpanan sementara dari data atau
gambaran, apabila gambaran akan ditampilkan dan diproses. Magnetic disk dapat
menyimpan dan mengirim data dengan cepat, bentuknya berupa piringan yang
dilapisi bahan ferromagnetic. Kapasitasnya sangat besar.
2) Floppy Disk
Biasa disebut dengan disket, merupakan modifikasi dari
magnetic disk, bentuknya kecil dan fleksibel atau lentur. Floppy disk mudah
dibawa dan disimpan. Kapaasitasnya relative kecil (sekarang sudah tidak
digunakan lagi).
f. Operator Terminal
Merupakan pusat semua kegiatan scanning atau
pengoperasian system secara umum serta berfungsi untuk merekonstruksi hasil
gambaran sesuai dengan kebutuhan.
g. Multiformat Kamera
Digunakan untuk memperoleh gambaran permanen pada
film. Pada satu film dapat dihasilkan beberapa irisan gambar tergantung jenis
pesawat CT dan film yang digunakan.
Wednesday,
January 6th, 2010
PERKEMBANGAN CT SCAN
Kata ‘generasi’ digunakan untuk membedakan
rancangan konfigurasi tabung-detektor pada CT.
Generasi ke-1 :
• Gerakan translasi dan rotasi
• Berkas sinar-X berbentuk pensil (pencil
beam)
• Geometri berkas sinar paralel.
• FOV (field of view) 24 cm.
• Menggunakan 2 buah detektor sehingga
sekali scan dapat menghasilkan 2 irisan.
• 160 berkas paralel/proyeksi.
• 180 proyeksi dengan interval 1 derajat.
• Detektor tidak dapat mendeteksi
perbedaan intensitas sinar-X yang sangat besar, oleh karena itu kepala yang
diperiksa harus dikelilingi oleh kantong berisi air.
• Kristal NaI yang digunakan sebagai
detektor memiliki waktu “afterglow” yang nyata.
• Keuntungan: pengaruh hamburan radiasi
pada detector ditiadakan karena berkas sinar-X yang berbentuk pensil
Generasi ke-2 :
• Menggunakan 30 linear array detector.
• Kerugian: adanya pengaruh radiasi
hamburan dan meningkatnya intensitas ke arah tepi dari berkas sinar-X yang
berbentuk kipas. Hal ini diatasi dengan penambahan filter dasi kupu-kupu pada
jendela tabung sinar-X.
• Keuntungan: waktu scan lebih singkat,
yaitu antara 18 hingga 30 detik/irisan.
Generasi ke-3 : Rotasi/Rotasi, Fan Beam
• Konfigurasi rotasi/rotasi.
• Berkas sinar-x berbentuk kipas (fan
beam).
• Menggunakan detektor array.
• Waktu scan 1 detik.
• Kekurangan: kemungkinan terjadinya ring
artefact karena adanya kerusakan kanal detektor.
Generasi ke-4 : Rotasi/Diam
• Tabung sinar-X berputar dan detektor
diam.
• Detektor tersusun melingkar berbentuk lingkaran.
• Sekitar 8000 buah detektor diperlukan.
• Waktu scan 1 detik.
• Kerugian: harga mahal, dosis radiasi
pada pasien lebih tinggi.
• Keuntungan: tidak terjadi ring
artefact.
• Masalah: jarak antara tabung sinar-X dan
elemen detector tidak semuanya sama -> diatasi dengan kalibrasi dan
normalisasi saat scan.
Generasi ke-5 : Electron Beam Technique
CT Scanner ini tidak memiliki sinar x
tabung tetapi menggunakan elektron gun yang menghasilkan berkas elektron yang
diakselerasikan sepanjang tabung.
Berkas elektron dipusatkan, dengan coil
elektromagnet, ke focal spot kecil pada ring tungsten. Area target ini kemudian
berjalan terus sepanjang ring
- Waktu scan 50 ms
- Digunakan untuk scan jantung
Generasi ke-6 : Spiral atau Helical CT
• Teknologi Slip-Ring sekitar tahun
1990-an.
• Akuisisi data dilakukan dengan meja yang
bergerak sementara tabung sinar-X berputar sehingga gerakan tabung sinar-X
membentuk pola spiral terhadap pasien saat dilakukan akuisisi data.
• Diterapkan pada konfigurasi rancangan CT
generasi ke-3 dan ke-4.
Teknologi Slip-ring
Aliran listrik disalurkan melalui sejumlah
konduktor berbentuk cincin yang disusun secara paralel, sehingga tidak
menggunakan kabel lagi.
- Rotasi Gantry yang kontinu
- Merupakan syarat untuk CT-Scan
spiral/helical
Kuntungan Spiral CT
- Melakukan scan satu
bagian volume dengan sekali tahan nafas.
- Mengurangi efek partial
volume.
- Tidak ada celah.
- Rekonstruksi gambar
secara tumpang tindih dapat dilakukan tanpa tambahan dosis radiasi.
- Meningkatkan kualitas
data untuk keperluan rekonstruksi 3D (3D-rendering)
Generasi ke-7 : Multi Detector Array CT
• Tabung sinar-X memiliki kapasitas panas
yang terbatas. Hanya 1% dari energi yang dikonversi menjadi sinar-X.
• Dengan detektor multi array maka apabila
kolimator dibuka lebih lebar akan diperoleh data proyeksi lebih banyak.
Dengan demikian maka penggunaan energi
sinar-X lebih efisien.
• Pada detektor array tunggal, apabila
kolimator dibuka lebih lebar maka akan diperoleh irisan yang lebih tebal yang
akan mengurai resolusi spatial.
• Masalah: cone beam artefact.
• Keuntungan: meningkatkan waktu scan
hingga 0,33 detik, resolusi dalam arah sumbu-Z hingga < 0,4 mm, dan dosis
radiasi lebih rendah.
Wednesday,
January 6th, 2010
Perkembangan teknologi di bidang radiology telah
mengalami kejuan yang pesat, mulai dari dikembangkannya USG 4 dimensi, MRI,
PET, SPECT, komputer radiografi, Digital Radiografi, serta CT Scan.
Terlebih lagi dengan CT Scan, Alat radiografi imaging
tersebut telah mengalami metamorfosis yang sangat cepat. Mulai dari CT Scan
generasi 1 sampai 4, CT Scan Spiral, CT Scan 2 Slice sampai dengan CT Scan 64
Slice yang paling canggih. Kini telah ditemukan keluarkan kembali CT Scan yang
terbaru dari SIEMENS, yaitu , Siemens’ SOMATOM Definition Dual Source CT
Scanner
Belum semua negara memiliki Dual Source ini, sebutlah
Perth, Australia, yang tidak memiliki satu pun. Sedangkan Singapura baru
mempunyai satu Dual Source.
Bagiamana dengan Indonesia ?
untuk diketahui, kita harus bangga bahwa kini
Indonesia juga telah memiliki CT Scan canggih tersebut. Di Indonesia baru ada 2
rumah sakit yang memiliki alat tersebut, yaitu RS Siloam Kebon Jeruk dan RS
Siloam Karawaci.
Dijelaskan dr Nina I.S.H Supit, Sp. Rad, Radiology
Manager, berbagai macam keuntungan didapat dari Dual Source ini. Sehingga jika
dibandingkan dengan alat scanning sebelumnya, Dual Source ini jauh lebih
canggih.
Ketika Dual Source dipublikasikan pada tahun 2005,
alat tersebut diyakini tidak hanya akan merubah penampilan dari CT Scan. Akan
tetapi alan merubah masa depan ilmu pengobatan, tidak hanya akan mengatasi
penghalang yang kritis dalam cardiac imaging, tetapi juga memperkenalkan
keseluruhan cara yang baru dalam mengkarakteristikkan body tissue dengan
menggunakan teknik Dual Energy.
Sejak awal sudah diyakini bahwa cardiac imaging akan
sangat dipengaruhi oleh Dual Source CT. dengan temporal resolution yang hanya
83 milliseconds, Siemens’ SOMATOM Definition Dual Source CT Scanner dapat
seolah olah membekukan gerakan dari jantung, bahkan pada kebayakan pasien berat
sekalipun.
“Dual Source CT telah mengatasi banyak rintangan yang
kami peroleh dengan menggunakan CT Scan 64-Slices”, kata Dr Michael Gallagher,
Kardiologi di RS William Beaumont, Royal Oak, Michigan.
“Kami mendapatkan artifact yang lebih sedikit, tidak
tergantung dari laju jantung, tidk tergantung dari regularitas ritne jantung,
dan secara keseluruhan, mendapatkan persentase yang lebih besar dalam mendiagnosa”.
CARA
KERJA CT DUAL SOURCE
Ide dari CT
Dual Source adalah sangat sederhana, hanya menggunakan dua sumber X-ray dan dua
detector, dalamwaktu yang
bersamaan.
Sistem pertama yang menggunakan teknologi tersebut
adalah Siemens’ SOMATOM Defenition . Alat tersebut dilengkapi dengan dua sumber
X-ray dan dua detector yang baerotasi secara sinkron, serta secara simultan
menangkap data gambaran dalam waktu setengah dari waktu yang dibutuhkan dengan
mengunakan teknologi konvensional.
Keunggulan Dual Source CT terletak pada dua unit X-ray
source serta dua unit detektor yang bekerja secara bersamaan. Pada single
source scanner, satu irisan pencitraan dihasilkan setelah perputaran alat
180 derajat. Namun pada DSCT, dengan dua rantai penggambaran yang saling tegak
lurus dapat dihasilkan informasi yang sama dalam putaran 90 derajat.
Hal tersebut menghasilkan resolusi temporal dua kali
lipat, dua kali lebih cepat, tenaga dua kali lipat, serta menghasilkan dosis
radiasi yang lebih kecil.
TIDAK MEMERLUKAN BETA BLOCKER
“ Image quality yang dihasilkan Dual Source CT sangat
baik. Bahkan, walaupun tanpa menggunakan beta blocker hasilnya sama bagusnya
dengan gambaran yang dihasilkan oleh CT 64 slice yang pasiennya menggunakan
beta blocker”, kata Dr. Galagher
Kemampuan untuk mengeliminasi pemakaian beta blocker,
telah memberikan efek yang besar dalam mendiagnosa penyakit nyeri dada akut
(acut chest pain). Hal tersebut dapat memperbesar rentang pasien yang mmenuhi
syarat untuk dilakukan Ct Cardiac, dapat mempersingkat waktu persiapan pasien
baik di ruang emergensi ataupun di ruang CT Scan, mempercepat diagnosa, dan
mengurangi biaya pengobatan.
“Tanpa harus memakai betablocker, bagian
pembuluh darah, otot jantung dan gerakannya bisa dilihat melalui layar monitor
dengan pencitraan tiga dimensi yang detil. Dalam 10 detik pemeriksaan,
penyumbatan pada pembuluh atau pengapuran pun bisa terlihat. Radiasinya juga
lebih rendah yakni berkurang sekitar 50 persen dibanding single source
tercanggih (64-slice),” kata dr Nina I.S.H Supit, Sp. Rad, Radiology Manager RS
Siloam.
Sebelum
adanya Dual Source CT, 20% pasien tidak dapat dilakukan pemeriksaan CT Cardiac,
dikarenakan kondisi pasien yang tidak memungkinkan untuk diberikan beta blocker
untuk memperlambat denyut jantung menjadi 65 – 70 beat/second, denyut yang
dibutuhkan untuk menghasilkan image quality yang bik dalam menggunakan CT Scan
64 slice.
Pasien yang tidak bisa diberikan beta blocker antara
lain: pasien asma, disfungsi ventrikel kiri, dan pasien yang telah menggunakan
cocain dalm waktu beberapa hari sebelum pemeriksaan. Dengan CT Scan Dual
Source, pasien-pasien tersebut dapat dilakukan pemeriksaan CT Cardiac, karena
tidak memerlukan beta blocker.
Kemampuan untuk menghilangkan pemekaian beta blocker
pada protocol pemeriksaan CT Scan, tidak hanya merupakan keuntungan klinik. Hal
tersebut juga dapat mempersingkat waktu diagnosa pasien mulai dari awal sampai
seelsai, serta dapat menghemat waktu dan uang.
SCAN LEBIH BANYAK PASIEN
Kemampuan untuk mengunakan kombinasidari dua sumber
X-Ray dengan total tenaga 160 kW memungkinkan CT Scan Dual Source untuk
mengatasi atenuasi sof tissue di bagian dada. Di masa lalu, Kardiolog di
William Beaumont tidak akan sanning patsien dengan Body Mass Index (BMI) lebih
besar dari 39, bayangkan pasien dengan ting 5 kaki dan 11 inch dengan berat 280
pound, karena gambaran yang dihasilkan terlau banyak noise.
Kini, dengan menggunakan CT Scan Dual Source gambaran
yang dihasilkan dari pasien obesitas akan didapat kan signal to noise ratio
(STR) yang lebih baik.
DUAL ENERGY IMAGING MENGHASILKAN APLIKASI
CT SCAN BARU
Kemampuan DSCT untuk mengoperasikan dua sumber X-Ray
pada level energy berbeda secara simultan dapat membedakan material seperti
lemak, soft tissue, dan contras agent berdasarkan perbedaan tiap-tiap kontras,
bias membuka aplikasi klinis yang baru.
Salah satu
kemampuan terpenting pada aplikasi dual energy adalah kemampuan untuk
menghasilkan gambaran virtual noncontrast . Gambaran tersebut didapatkan dengan
menggabungkan data dari pemakaian energy 80 kV dan 140 kV. Karena iodine
mempunyai atenuasi maksimum pada energy rendah, pemakaian 80 kV dapat digunakan
untuk mensubtraksi material kontras dari gambaran, menciptakan gambaran virtual
non contrast, serta membandingkan gambaran sebelum dan sesudah untuk
mempertegas area dari penambahan kontras.
Teknik tersebut mempunyai banyak keguanaan . contohnya
: untuk memperlihatkan densitas liver sebelum pemasukkan kontras, untuk
memperkiraan hyperdense kista gnjal, untuk membedakan antara benigna ,maligna,
dan massa pada liver dan ginjal.
Teknik Dual energy ini juga dapat digunakan untuk
menghilangkan gambaran tulang pada CT Angiografi.
KESIMPULAN :
Dari tulisan tadi dapat kita simpulkan bahwa :
- Siemens’ SOMATOM Definition Dual
Source CT Scanner merupakan alat CT scan yang tercanggih saat ini.
- Alat tersebut sangat baik untuk
digunakan dalam pemeriksaan CT Cardiac
- DSCT memiliki dua sumber X-ray dan
Dua detector yang bergerak secara simultan dalam waktu yang bersamaan
- Untuk pemeriksaan CT cardiac dengan
menggunakan DSCT, tidak memerlukan beta blocker
- Keuntungan pemakaian DSCT antara
lain :
o Tidak memerlukan pemakaian beta blocker
o Karena tidak membutuhkan beta blocker, maka pasien
yang bisa dilakukan pemeriksaan CT cardiac menjadi lebih banyak dan beragam.
o Scanning dua kali lebih cepat dari CT Scan 64 slice
o Resolusi yang dihasilkan lebih tajam
o Menghasilkan signal to noise yang lebih baik
o Bisa melakukan teknik dual energy yang bisa dipakai
untuk :
- Membedakan material seperti lemak, soft tissue dan kontras agen
- Menghasilkan gambaran virtual non contras
- Dipakai untuk menghilangkan gambaran tulang pada CT angiografi
Link:
http://www.posradiografer.com/index.php?option=com_content&view=article&id=47:ct-scan-dual-source&catid=35&Itemid=88
Wednesday,
October 28th, 2009
Penciptaan yang Berpasang-Pasangan
“Maha Suci
Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang
ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka
ketahui.” (Al Qur’an, 36:36)
Meskipun gagasan tentang “pasangan” umumnya bermakna
laki-laki dan perempuan, atau jantan dan betina, ungkapan “maupun dari apa yang
tidak mereka ketahui” dalam ayat di atas memiliki cakupan yang lebih luas.
Kini, cakupan makna lain dari ayat tersebut telah terungkap. Ilmuwan Inggris,
Paul Dirac, yang menyatakan bahwa materi diciptakan secara berpasangan,
dianugerahi Hadiah Nobel di bidang fisika pada tahun 1933. Penemuan ini, yang
disebut “parité”, menyatakan bahwa materi berpasangan dengan lawan jenisnya:
anti-materi. Anti-materi memiliki sifat-sifat yang berlawanan dengan materi.
Misalnya, berbeda dengan materi, elektron anti-materi bermuatan positif, dan
protonnya bermuatan negatif. Fakta ini dinyatakan dalam sebuah sumber ilmiah
sebagaimana berikut:
“…setiap partikel memiliki anti-partikel dengan muatan
yang berlawanan … … dan hubungan ketidakpastian mengatakan kepada kita bahwa
penciptaan berpasangan dan pemusnahan berpasangan terjadi di dalam vakum di
setiap saat, di setiap tempat.”
Semua ini menunjukkan bahwa unsur besi tidak terbentuk
di Bumi, melainkan dibawa oleh meteor-meteor melalui ledakan bintang-bintang di
luar angkasa, dan kemudian “dikirim ke bumi”, persis sebagaimana dinyatakan
dalam ayat tersebut. Jelas bahwa fakta ini tak mungkin diketahui secara ilmiah
pada abad ke-7, di saat Al Qur’an diturunkan.
(http://www.2think.org/nothingness.html, Henning Genz – Nothingness: The
Science of Empty Space, s. 205)
taken from : http://www.keajaibanalquran.com/
Wednesday,
October 28th, 2009
Relativitas Waktu
Kini,
relativitas waktu adalah fakta yang terbukti secara ilmiah. Hal ini telah
diungkapkan melalui teori relativitas waktu Einstein di tahun-tahun awal abad
ke-20. Sebelumnya, manusia belumlah mengetahui bahwa waktu adalah sebuah konsep
yang relatif, dan waktu dapat berubah tergantung keadaannya. Ilmuwan besar,
Albert Einstein, secara terbuka membuktikan fakta ini dengan teori relativitas.
Ia menjelaskan bahwa waktu ditentukan oleh massa dan kecepatan. Dalam sejarah
manusia, tak seorang pun mampu mengungkapkan fakta ini dengan jelas sebelumnya.
Tapi ada perkecualian; Al Qur’an telah berisi
informasi tentang waktu yang bersifat relatif! Sejumlah ayat yang mengulas hal
ini berbunyi:
“Dan mereka meminta kepadamu agar azab itu
disegerakan, padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya.
Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu menurut
perhitunganmu.” (Al Qur’an, 22:47)
“Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian
(urusan) itu naik kepada-Nya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun
menurut perhitunganmu.” (Al Qur’an, 32:5)
“Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada
Tuhan dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun.” (Al Qur’an, 70:4)
Dalam sejumlah ayat disebutkan bahwa manusia merasakan
waktu secara berbeda, dan bahwa terkadang manusia dapat merasakan waktu sangat
singkat sebagai sesuatu yang lama:
“Allah bertanya: ‘Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal
di bumi?’ Mereka menjawab: ‘Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari,
maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.’ Allah berfirman: ‘Kamu
tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya
mengetahui’.” (Al Qur’an, 23:122-114)
Fakta bahwa relativitas waktu disebutkan dengan sangat
jelas dalam Al Qur’an, yang mulai diturunkan pada tahun 610 M, adalah bukti
lain bahwa Al Qur’an adalah Kitab Suci.
taken from : http://www.keajaibanalquran.com/
Wednesday,
October 28th, 2009
Rahasia Bes
Besi adalah
salah satu unsur yang dinyatakan secara jelas dalam Al Qur’an. Dalam Surat Al
Hadiid, yang berarti “besi”, kita diberitahu sebagai berikut:
“…Dan Kami turunkan besi yang padanya terdapat
kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia ….” (Al Qur’an, 57:25)
Kata “anzalnaa” yang berarti “kami turunkan” khusus
digunakan untuk besi dalam ayat ini, dapat diartikan secara kiasan untuk
menjelaskan bahwa besi diciptakan untuk memberi manfaat bagi manusia. Tapi
ketika kita mempertimbangkan makna harfiah kata ini, yakni “secara bendawi
diturunkan dari langit”, kita akan menyadari bahwa ayat ini memiliki keajaiban
ilmiah yang sangat penting.
Ini dikarenakan penemuan astronomi modern telah
mengungkap bahwa logam besi yang ditemukan di bumi kita berasal dari
bintang-bintang raksasa di angkasa luar.
Logam berat di alam semesta dibuat dan dihasilkan
dalam inti bintang-bintang raksasa. Akan tetapi sistem tata surya kita tidak
memiliki struktur yang cocok untuk menghasilkan besi secara mandiri. Besi hanya
dapat dibuat dan dihasilkan dalam bintang-bintang yang jauh lebih besar dari
matahari, yang suhunya mencapai beberapa ratus juta derajat. Ketika jumlah besi
telah melampaui batas tertentu dalam sebuah bintang, bintang tersebut tidak
mampu lagi menanggungnya, dan akhirnya meledak melalui peristiwa yang disebut
“nova” atau “supernova”. Akibat dari ledakan ini, meteor-meteor yang mengandung
besi bertaburan di seluruh penjuru alam semesta dan mereka bergerak melalui
ruang hampa hingga mengalami tarikan oleh gaya gravitasi benda angkasa.
Semua ini menunjukkan bahwa logam besi tidak terbentuk
di bumi melainkan kiriman dari bintang-bintang yang meledak di ruang angkasa
melalui meteor-meteor dan “diturunkan ke bumi”, persis seperti dinyatakan dalam
ayat tersebut: Jelaslah bahwa fakta ini tidak dapat diketahui secara ilmiah
pada abad ke-7 ketika Al Qur’an diturunkan.
taken from : http://www.keajaibanalquran.com/
Wednesday,
October 28th, 2009
Perumpamaan :
· Apabila ada
sebuah benda sedang bergerak lurus dan diberikan gaya luar ke arah samping maka
benda itu tidak akan bergerak lurus, melainkan ia akan bergerak membelok ke
arah samping karena adanya gaya luar tersebut.
· Misalkan
anda sedang menghadapi sebuah bola meriam yang sedang melewati anda dan anda
mau membelokkannya pada saat tepat lewat di depan anda. Dan alat yang anda
punya hanyalah sebuah selang penyemprot air yang dihubungkan dengan sebuah
pompa jet. Sejujurnya, apa yang anda lakukan .itu tidak akan berpengaruh
banyak. Karena bola meriam itu sangat berat dan ia tidak akan membelok dari
jalur lurusnya.
· Berapa besar
penyimpangan yang akan terjadi karena gaya luar itu, tergantung pada massa
benda tersebut (dalam hal ini bola). Apabila kecepatan bola dan besarnya gaya
luar itu diketahui anda bisa menghitung massa bola tersebut jika sudah
diketahui bagaimana pola pembelokan yang terjadi pada bola tersebut. Semakin
kecil pembelokan yang terjadi, berarti semakin berat massa bola
tersebut.(Perhitungan yang sebenarnya tidaklah terlalu sulit) Prinsip diatas
tersebut dapat juga diterapkan pada benda atau partikel seukuran atom.
Prinsip dasar dalam alat spektrometer
massa
Atom dapat dibelokkan dalam sebuah medan magnet
(dengan anggapan atom tersebut diubah menjadi ion terlebih dahulu). Karena
partikel-partikel bermuatan listrik dibelokkan dalam medan magnet dan
partikel-partikel yang tidak bermuatan (netral) tidak dibelokkan.
Tahap –tahap yang terjadi dalam alat
spektrometer massa :
1. Tahap pertama : Ionisasi
Atom di-ionisasi dengan emengambilf satu atau lebih
elektron dari atom tersebut supaya terbentuk ion positif. Ini juga berlaku
untuk unsur-unsur yang biasanya membentuk ion-ion negatif (sebagai contoh,
klor) atau unsur-unsur yang tidak pernah membentuk ion (sebagai contoh, argon).
spektrometer massa ini selalu bekerja hanya dengan ion positif.
2. Tahap kedua : Percepatan
Ion-ion tersebut dipercepat supaya semuanya mempunyai
energi kinetik yang sama.
3. Tahap ketiga : Pembelokan
Ion-ion tersebut dibelokkan dengan menggunakan medan
magnet, pembelokan yang terjadi tergantung pada massa ion tersebut. Semakin
ringan massanya, akan semakin dibelokan. Besarnya pembelokannya juga tergantung
pada besar muatan positif ion tersebut. Dengan kata lain, semakin banyak
elektron yang ediambilf pada tahap 1, semakin besar muatan ion tersebut,
pembelokan yang terjadi akan semakin besar.
4. Tahap keempat : Pendeteksian
Sinar-sinar ion yang melintas dalam mesin tersebut
dideteksi dengan secara elektrik.
Diagram alat spektrometer massa:
Penting bagi ion-ion yang telah dibuat dalam
ruang ionisasi untuk dapat bergerak lurus dalam mesin tanpa bertabrakan dengan
molekul2 udara.
2. Ionisasi
Sampel yang berbentuk gas (vaporised sample)
masuk ke dalam ruang ionisasi. Kumparan metal yang dipanaskan dengan
menggunakan listrik emelepaskanf elektron-elektron yang ada pada sampel dan
elektron-elektron lepas itu menempel pada perangkap elektron (electron trap)
yang mempunyai muatan positif.
Partikel-partikel dalam sample tersebut (atom
atau molekul) dihantam oleh banyak sekali elektron-elektron, dan beberapa dari
tumbukan tersebut mempunyai energi cukup untuk melepaskan satu atau lebih
elektron dari sample tersebut sehingga sample tersebut menjadi ion positif.
Kebanyakan ion-ion positif yang terbentuk itu
mempunyai muatan +1 karena akan jauh lebih sulit untuk memindahkan elektron
lagi dari sample yang sudah menjadi ion positif.
Ion-ion positif yang terbentuk ini ediajak
keluarf dan masuk ke bagian mesin yang merupakan sebuah lempengan metal yang
bermuatan positif (Ion repellel).
Tambahan: Seperti yang anda akan lihat
sebentar lagi, seluruh ruang ionisasi ini dilakukan dengan menggunakan tegangan
listrik positif yang besar (10.000 V). Ketika kita berbicara tentang kedua
lempengan bermuatan positif, berarti lempengan tersebut mempunyai muatan lebih
dari 10.000 V.
3. Percepatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar