NUZULUL QUR’AN
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Agama Islam
Dosen Pengampu : Drs.H.Noor Salimi, M. Ag
Disusun Oleh:
Nur Elsamela (1201084)
FAKULTAS TEKNIK RONTGEN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA
HUSADA
SEMARANG
2012
PENDAHULUAN
Tidaklah tersembumyi bagi siapapun juga
bahwa tiap-tiap sesuatu dan ada kadarnya. Demikianlah sunnatullah didalam alam
ini. Sejarah adalah saksi yang benar menetapkan kebenaran ini. Seseorang ahli
sejarah yang hendak menggali sesuatu dari perkembangan sejarah harus mengetahui
sebab-sebab kejadian dan pendorong-pendorongnya, jika dia ingin mengetahui
hakikat sejarah itu sebenaranya, bukan sejarah saja yang memerlukan hal
demikian, ilmu-ilmu tabi’at, ilmu-ilmu kemasyarakatan dan kebudayaan serta kesusastraan
juga memerlukan sebab dan musabab.
Turunnya AlQur’an merupakan suatu
kejadian yang sangat mengagetkan sekaligus menggembirakan hati Rasulullah SAW.
Sebagaimana turunnya Surat Al-‘alaq(ayat:1-5), Nabi Muhammad SAW dalam menerimanya sangatlah berat karena
karena diturunkan lewat perantara malaikat jibril sesosok yang membuat Nabi SAW
ketakutan. Saat malaikat jibril menyampaikan wahyu tersebut, Rasullullah juga
merasa keberatan karena tidak bisa melaksakan apa yang diperintah malaikat
jibril. Tetapi setelah berkali-kali malaikat jibril mengulang akhirnya Rasullah
SAW dapat menerimanya. Begitupun saat menerima ayat-ayat yang lain, Rasulullah
selalu merasa ketakutan dengan segala sesuatu yang mengiringi ayat-ayat
tersebut.
Begitu sulitnya Rasulullah dalam
menerima wahyu membuktikan kalau peristiwa turunnya Al Qur’an merupakan suatu
kejadian yang sangat luar biasa dan juga merupakan suatu . Dengan turunnya Al
Qur’an berarti banyak hal yang perlu dikaji lebih mendalam lagi, baik dari segi
sebab-sebab turunnya atau yang sering disebut Asbabun Nuzul maupun proses
turunnya Al Qur’an itu sendiri.
Dalam Makalah ini pembahasannya hanya
terkait tentang proses turunnya Al Qur’an saja atau yang sering disebut ilmu
nuzulul Qur’an. Dengan mempelajari pembahasan masalah tersebut akan diketahui
bagaimana arti sebenarnya nuzulul Qur’an
itu sendiri, bagaimana tahapan-tahapan turunnya ayat-ayat tersebut, serta
bagaimana bisa ayat-ayat tersebut diturunkan di Makkah maupun di Madinah.
I.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa pengertian
Nuzulul Qur’an dan tahap turunnya?
2.
Apa dalil dan
hikmah di turunkannya Al Qur’an secara berangsur-angsur?
3.
Bagaimana
ciri-ciri surat makkiyah dan madaniah?
4.
Bagaimana
pemeliharaan Al Qur’an pada masa nabi SAW dan Khulafaurrasyidin?
III. PEMBAHASAN
1.
Pengertian Nuzulul Qur’an dan tahap turunnya
a.
Pengertian
Nuzulul Al Qur’an
Dalam kaitan
turunnya Al Qur’an sering disebutkan dengan kata-kata seperti nuzul (نزول),
inzal (إنزال),
tanazzul (تنزّل),
tanzil (تنزيل),
dan munazzal (منزّل)
yang masing-masing berati turun, menurunkan, hal turun, proses penurunan,
dan yang diturunkan. Perlu diketahui, bahwa setiap kata
mempunyai dua fungsi makna, yakni makna dasar (harfiyah, etimologik) dan
makna termi-nonlogik (relasional). Adapun makna-makna di atas merupakan fungsi
makna dasar. Sedangkan makna relasionalnya dapat diikuti uraian berikut ini.
Az Zarqani
menjelaskan bahwa kata nuzul mempunyai makna dasar (perpindahan sesuatu dari
atas ke bawah) atau (suatu gerak dari atas kebawah). Menurutnya, dua
batasan tersebut memang tidak layak diberikan untuk maksud diturun-kannya Al
Qur’an oleh Allah, karena keduanya hanya lebih tepat dan lazim dipergunakan
dalam hal yang berkenaan dengan tempat dan benda atau materi yang mempunyai
berat jenis (BJ) tertentu. Sedangkan Al Qur’an bukan semacam benda yang
memerlukan tempat perpindahan dari atas ke bawah. Tapi yang benar adalah
memahami bahwa kata nuzul itu bersfat majazi, yakni pengertian nuzul Al
Qur’an bukan tergambar dalam wujud perpindahannya Al Qur’an, atau Al Qur’an
itu turun dari atas ke bawah, tetapi harus di pahami sebagai pengetahuan bahwa
Al Qur’an telah diberitakan oleh Allah SWT kepada penghuni langit dan bumi. Di
sini terkandung maksud bahwa nuzul harus di ta’wilkan dengan kata i’lam
yang berarti pemberitahuan atau pengajaran. Maka nuzul Al Qur’an berarti
proses pemberitaan atau penyampaian ajaran Al Qur’an yang terkandung di
dalamnya.(Syakur, 2007: 31-32)
b. Tahapan Nuzulul
Qur’an
Dipandang dari segi filososfis maupun teologis, Al Qur’an
di turunkan melalui tiga tahapan, yaitu:
Pertama : Al Qur’an
diturunkan secara keseluruhan ke lauh mahfudh oleh Allah.
Kedua : Al Qur’an
diturukan dari lauh mahfudh ke langit dunia (bait Al ‘izzah) pada lailatul qadr
secara keseluruhan.
Ketiga : Al Qur’an
diturunnkan secara berangsur-angsur dari langit dunia (Bait Al ‘izzah) melalui
malaikat jibril as. kepada nabi Muhammad SAW. (Syakur, 2007 :: 39)
2. Dalil dan hikmah di turunkannya Al Qur’an
secara berangsur-angsur
a. Dalil turunnya
Al Qur’an secara berangsur-angsur.
Di depan telah dijelaskan, bahwa nuzul Al Qur’an
berlangsung melalui tiga tahapan. Dan tahapan terakhir adalah bahwa Al Qur’an
diturunkan dari langit dunia (Bait al ‘Izzah) kepada Rasulullah SAW. Banyak
dalil yang mendukung bahwa Al Qur’an
diturunkan secara berangsur-angsur dari Al Qur’an maupun hadits nabi. Diantaranya:
a) ( surat al
Isra’ ayat 106)
وقرانافرقنه لتقراه على النّاس على
مكث ونزلنّه تنزيلا - الإسرإ ١٠٦
Artinya : Dan Al Qur’an yang kami pisah-pisah agar
engkau membacakannya kepada manusia pada suatu tempat dan kami menurunkannya
secara berangsur-angsur. (khadim, 1967, 440)
b) Riwayat al Hakim dan al Baihaqi melalui ibnu ‘Abbas ra,:
انزل القران جملة واحدة إلى سمإ
الدنيا وكان بمواقعِ النجوم وكان الله ينزله على رسوله بعضه في إثربعض
Artinya : Al Qur’an diturunkan dalam bentuk
keseluruhan kelangit dunia yang berada pada tempat bintang-bintang, sedangkan
allah menurunkannya kepada rasulNya sebagian demi sebagian. (Syakur, 2007,
41)
Bukti lain yang
menyatakan bahwa Al Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur adalah bahwa
sebagian ayat-ayatnya ada yang merupakan jawaban bagi pertanyaan yang
disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW.
b. Hikmah di
turunkannya Al Qur’an secara berangsur-angsur.
Turunnya Al Qur’an secara berangsur-angsur tidak hanya
disebabakan karena Al Qur’an itu lebih besar dan kitab-kitab yang diturunkan
Allah sebelumnya, melainkan juga karena adanya beberapa hikmah, sehigga Al
Qur’an itu di turunkan secara berangsur-angsur.
Hikmah tersebut
antara lain ialah:
1) Bahwa diturunkanya AlQur’an secara
berangsur-angsur itu adalah untuk menguatkan dan mengokohkan hati Rosulullah
sendiri.
2) Hikmah lainnya adalah, bahwa dengan
turunya Al Qur’an secara berahap itu, juga memudahkan bagi kaum muslimin yang pada masa itu ummnya masih
buta huruf, untuk mempelajari dan menghafalkan serta menerangkan ayat-ayat Al
Qur’an itu dalam kehidupan sehari-hari.
3) Turunnya Al Qur’an secara bertahap itu
adalah untuk menyesuaikan degan kepentigan Rasulullah dan kaum muslimin serta
perkembangan yang mereka alami dari masa ke masa.
4) Turunnya Al Qur’an secara bertahap
adalah sangat sesuai dengan sunnatulah yang berlaku di alam ini. Bahwa “segala
sesuatu harus terjadi dengan bertahap”. Dari kecil menjadi besar, dari sedikit
menjadi banyak dll.
Sesuatu yang
terjadi secara bertahap, akan dapat berjalan dengan lancar, dan dapat di terima
dengan baik, serta mendatangkan faedah yang yang kita harapkan. (Syadali dan
Rofi’i, 2000: 59-63)
Demikianlah
Al Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur karena ia akan membawa perubahan
yang besar. Dia akan membawa bermacam-macam peraturan yang berisi semua perintah-perintah
dan larangan-larangan.
3. Ciri-ciri surat
Makkiyah dan Madaniah.
a. Ciri-ciri surat
yang turun di Mekkah.
1) Terdapat ayat
yang dimulai dengan dengan seruan (يايهاالناس)
2) Setiap surat
yang memuat kisah Nabi Adam bersama iblis, kecuali kisah Nabi Adam yang
terdapat dalam surat Al Baqarah adalah turun di madinah.
3) Setiap surat
yang menyebutkan masalah atau kisah-kisah umat terdahulu, di tambah dengan azab
atau siksaan tuhan yang ditimpakan pada mereka.
4) Pada umumnya
surat yang di turunkan di Makkah ayatnya pendek-pendek, gaya bahasanya tegas,
padat, dan berisi, dan mempunyai balaghah yang sangat tinggi. Dan lain-lain.
(Amin, 1993, 167)
b. Ciri-ciri surat
yang turun di Madinah.
Sebagaimana halnya pada surat-surat Makkiyah, pada
surat-surat yang di turunkan di Madinah pun memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Terdapat ayat
yang dimulai dengan (يايهاالذين امنوا).
2) Setiap ayat membicarakan tentang soal hukum, fardu
dan masalah sosial kemasyarakatan.
3) Pada umumnya
surat Madaniah panajang-panjang, gaya bahasanya lebih bersifat yuridis,
intruksi, formal, panjang dan lain-lain.
4) Surat yang di
dalamnya terdapat izin berperang, atau menyebut sosisal peperangan dan
menjelaskan hukum-hukumnya. Dan lain-lain. (Amin, 1993, 168)
4.
Pemeliharaan Al Qur’an pada masa nabi SAW dan
Khulafaurrasyidin
a) Pada masa Nabi Muhammad SAW.
Pada masa ketika Nabi Muhammad
SAW masih hidup, terdapat beberapa orang yang ditunjuk untuk menuliskan Al
Qur'an, diantaranya mereka yang banyak menuliskan Al Qur’an adalah Zaid bin
Tsabit al anshari ra. dan Muawiyah ra. Dan pada waktu itu terdapat sistem yang
sinergik dalam memelihara al Qur’an yang meliputi tiga unsur, yakni :
1) Hafalan dari mereka
yang menghafal al Qur’an secara sempurna,
2) Naskah-naskah
yang ditulis oleh sahabat untuk nabi.
3) Naskah-naskah
yag ditulis oleh mereka yang pandai menulis dan membaca utuk diri mereka
masing-masing. (Syakur, 2007, 46-47)
Sahabat lain juga kerap
menuliskan wahyu tersebut walau tidak diperintahkan. Media penulisan yang
digunakan saat itu berupa pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit
atau daun kayu, pelana, potongan tulang belulang binatang.
b) Penulisan pada masa Khulafaurrasyidin.
Pada masa kekhalifahan Abu Bakar,
terjadi beberapa pertempuran (dalam perang yang dikenal dengan nama perang
Ridda) yang mengakibatkan 70 orang penghafal Al-Qur'an gugur dalam pertempuran
itu. Umar bin Khattab yang saat itu merasa sangat khawatir akan semakin
sedikitnya penghafal al-qur'an yang masih hidup. keadaan tersebut Umar bin
Khattab meminta kepada Abu Bakar untuk mengumpulkan seluruh tulisan Al-Qur'an
yang saat itu tersebar di antara para sahabat. Abu Bakar menerima pendapat Umar
tersebut. Kemudian Abu Bakar memerintahkan Zaid bin Tsabit sebagai koordinator
pelaksaan tugas tersebut. Kemudian ia mengumpulkan ayat al-Qur'an dari daun,
pelepah kurma, batu, tanah keras, tulang unta atau kambing dan dari
sahabat-sahabat yang hafal Al Qur’an. Dengan demikian Al-Qur'an seluruhnya
telah tersusun secara rapi dalam satu mushaf, hasilnya diserahkan kepada Abu
Bakar. Abu Bakar menyimpan mushaf tersebut hingga wafatnya kemudian mushaf
tersebut berpindah kepada Umar sebagai khalifah penerusnya.
Pada masa pemerintahan khalifah
ke-3 yakni Utsman bin Affan, terdapat keragaman dalam cara pembacaan Al-Qur'an
(qira'at) yang disebabkan oleh adanya perbedaan dialek (lahjah) antar suku yang
berasal dari daerah berbeda-beda. Hal ini menimbulkan kekhawatiran Utsman sehingga
ia mengambil kebijakan untuk membuat sebuah mushaf standar (menyalin mushaf
yang dipegang Hafsah) yang ditulis dengan sebuah jenis penulisan yang baku.
Standar tersebut, yang kemudian dikenal dengan istilah cara penulisan (rasam)
Utsmani yang digunakan hingga saat ini. Bersamaan dengan standarisasi ini,
seluruh mushaf yang berbeda dengan standar yang dihasilkan diperintahkan untuk
dimusnahkan (dibakar). Dengan proses ini Utsman berhasil mencegah bahaya laten
terjadinya perselisihan di antara umat Islam di masa depan.
IV. KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat
disimpulkan bahwa, nuzulul Qur’an merupakan
peristiwa turunnya Al Qur’an dari langit kebumi kepada Rasulullah SAW
melalui malaikat jibril secara berangsur-angsur berdasarkan kejadian-kejadian ataupun peristiwa-peristiwa yang
didalmnya berisi pemberitahuan atau penyampaian ajaran-ajaran. Dan prosesnya
tersebut bukan seperti benda yang dijatuhkan dari atas kebawah, melainkan yang
dimaksud proses turunnya(nuzul) disini ialah cara penyampaiannya. Baik itu
sebelum Rasullah Hijrah maupun saat beliau hijrah.
V. PENUTUP
Demikian makalah ini
penulis buat. Apabila dalam makalah ini ada kesalahan dan kekurangan mohon
dimaafkan karena penulis hanyalah mausia yanng penuh salah dan lupa. Kritik dan
saran sangat kami harapkan guna perbaikan dikemudian hari dan semoga makalah
ini bemanfaat bagi orang yang membacanya.
DAFTAR PUSTAKA
Syakur Sf, M,
‘Ulumul al-Qur’an, semarang : PKPI2-FAI Universitas Wahid Hasyim, 2007.
Amin, Moh, dkk,
Qur’an Hadits II, Jakarta : Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama
islam, Universitas Terbuka, 1993.
Syadali, Ahmad
dan Rofi’i, Ahmad, ‘Ulumul Qur’an I, Bandung : CV Pustaka Setia, 2000.
http ://www.google.nuzulul qur,an.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar