Posted on December 29, 2008 by Ajunk
1. Sinar X
Sinar
X :adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan gelombang
radio, panas, cahaya sinar ultraviolet, tetapi mempunyai panjang gelombang yang
sangat pendek sehingga dapat menembus benda-benda.
Sinar
X ditemukan oleh sarjana fisika berkebangsaan Jerman yaitu
W.
C. Rontgen tahun 1895
Sifat-sifat sinar X :
- Mempunyai daya tembus yang tinggi Sinar X dapat menembus bahan dengan daya tembus yang sangat besar, dan digunakan dalam proses radiografi.
- Mempunyai panjang gelombang yang pendek Yaitu : 1/10.000 panjang gelombang yang kelihatan
- Mempunyai efek fotografi. Sinar X dapat menghitamkan emulsi film setelah diproses di kamar gelap.
- Mempunyai sifat berionisasi.Efek primer sinar X apabila mengenai suatu bahan atau zat akan menimbulkan ionisasi partikel-partikel bahan zat tersebut.
- Mempunyai efek biologi. Sinar X akan menimbulkan perubahan-perubahan biologi pada jaringan. Efek biologi ini digunakan dalam pengobatan radioterapi.
2.
Proses Terjadinya sinar X
1.
Di dalam tabung roentgen ada katoda dan anoda dan bila katoda (filament)
dipanaskan lebih dari 20.000 derajat C sampai menyala dengan mengantarkan
listrik dari transformator,
2.
Karena panas maka electron-electron dari katoda (filament) terlepas,
3.
Dengan memberikan tegangan tinggi maka electron-elektron dipercepat gerakannya
menuju anoda (target),
4.
Elektron-elektron mendadak dihentikan pada anoda (target) sehingga terbentuk
panas (99%) dan sinar X (1%),
5.
Sinar X akan keluar dan diarahkan dari tabung melelui jendela yang disebut diafragma,
6.
Panas yang ditimbulkan ditiadakan oleh radiator pendingin.
TABUNG
ROENTGEN
Sinar-X
dari proces kejadiannya, dikelompokan menjadi 2 yaitu :
1. Sinar-X Brehmsstrahlung
Electron
dengan kecepatan tinggi (karena ada beda potensial 1000 Kvolt) yang mengenai
target anoda, electron tiba-tiba akan mengalami pelemahan yg sangat darastis
oleh target sehingga menimbulkan sinar-x, sinar-x yg terjadi dinamakan “sinar-x
brehmsstrahlung” or “braking radiation”. Pada waktu muatan
(electron) yang bergerak dengan kecepatan tinggi (mengalami percepatan), karena
adanya beda potensial, muatan (electron) akan memancarkan radiasi
elektromagnetik dan ketika energy electron cukup tinggi maka radiasi
elektromagnetik tersebut dalam range sinar-x.Sinar-x jenis ini tidak
dipergunakan untuk XRD (X-Ray Difraction)
2.
Sinar-x karakteristik
Electron
dari katoda yang bergerak dengan percepatan yg cukup tinggi, dapat mengenai
electron dari atom target (anoda) sehingga
menyebabkan electron tereksitasi dari atom, kemudian electron lain yang berada
pada sub kulit yang lebih tinggi akan mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh
electron tadi, dengan memancarkan sinar-x yang memiliki energy sebanding dengan
level energy electron. Karena sinar-X karakteristik memiliki Panjang gelombang
tertentu yang dapat difilter, maka jenis ini banyak diaplikasikan untuk XRD
(X-RAy Diffraction) dalam menentukan struktur material
Posted on September 25, 2009 by
Ajunk
Tubuh terdiri dari berbagai macam organ seperti hati, ginjal,
paru dan lainnya. Setiap organ tubuh tersusun atas jaringan yang merupakan
kumpulan sel yang mempunyai fungsi dan struktur yang sama. Sel sebagai unit
fungsional terkecil dari tubuh dapat menjalankan fungsi hidup secara lengkap
dan sempurna seperti pembelahan, pernafasan, pertumbuhan dan lainnya. Sel
terdiri dari dua komponen utama, yaitu sitoplasma dan inti sel (nucleus).
Sitoplasma mengandung sejumlah organel sel yang berfungsi mengatur berbagai
fungsi metabolisme penting sel. Inti sel mengandung struktur biologic yang sangat
kompleks yang disebut kromosom yang mempunyai peranan penting sebagai tempat
penyimpanan semua informasi genetika yang berhubungan dengan keturunan atau
karakteristik dasar manusia. Kromosom manusia yang berjumlah 23 pasang
mengandung ribuan gen yang merupakan suatu rantai pendek dari DNA
(Deooxyribonucleic acid) yang membawa suatu kode informasi tertentu dan
spesifik.
Interaksi
antara radiasi dengan sel hidup merupakan proses yang berlangsung secara
bertahap. Proses ini diawali dengan tahap fisik dan diakhiri dengan tahap
biologik. Ada empat tahapan interaksi, yaitu :
1.
Tahap Fisik
Tahap
Fisik berupa absorbsi energi radiasi pengion yang menyebabkan terjadinya
eksitasi dan ionisasi pada molekul atau atom penyusun bahan biologi. Proses ini
berlangsung sangat singkat dalam orde 10-16 detik. Karena sel sebagian besar
(70%) tersusun atas air, maka ionisasi awal yang terjadi di dalam sel adalah
terurainya molekul air menjadi ion positif H2O+ dan e-
sebagai ion negatif. Proses ionisasi ini dapat ditulis dengan :
H2O
+ radiasi pengion —> H2O+ + e-
2.
Tahap Fisikokimia
Tahap
fisikokimia dimana atom atau molekul yang tereksitasi atau terionisasi
mengalami reaksi-reaksi sehingga terbentuk radikal bebas yang tidak stabil.
Tahap ini berlangsung dalam orde 10-6 detik. Karena sebagian besar tubuh
manusia tersusun atas air, maka peranan air sangat besar dalam menentukan hasil
akhir dalam tahap fisikokimia ini. Efek langsung radiasi pada molekul atau atom
penyusun tubuh selain air hanya memberikan sumbangan yang kecil bagi akibat
biologi akhir dibandingkan dengan efek tak langsungnya melalui media air
tersebut. Ion-ion yang terbentuk pada tahap pertama interaksi akan beraksi
dengan molekul air lainnya sehingga menghasilkan beberapa macam produk ,
diantaranya radikal bebas yang sangat reaktif dan toksik melalui radiolisis
air, yaitu OH- dan H+. Reaksi kimia yang terjadi dalam
tahap kedua interaksi ini adalah:
H2O+
—-> H+ + OH-
H2O
+ e –> H2O-
H2O-
–> OH- + H+
Radikal
bebas OH- dapat membentuk peroksida (H2O2
) yang bersifat
oksidator
kuat melalui reaksi berikut :
OH-
+ OH + —> H2O2
3.
Tahap Kimia Dan Biologi
Tahap
kimia dan biologi yang berlangsung dalam beberapa detik dan ditandai dengan
terjadinya reaksi antara radikal bebas dan peroksida dengan molekul organik sel
serta inti sel yang terdiri atas kromosom. Reaksi ini akan menyebabkan
terjadinya kerusakan-kerusakan terhadap molekul-molekul dalam sel. Jenis
kerusakannya bergantung pada jenis molekul yang bereaksi. Jika reaksi itu
terjadi dengan molekul protein, ikatan rantai panjang molekul akan putus
sehingga protein rusak. Molekul yang putus ini menjadi terbuka dan dapat
melakukan reaksi lainnya. Radikal bebas dan peroksida juga dapat merusak
struktur biokimia molekul enzim sehingga fungsi enzim terganggu. Kromosom dan
molekul DNA di dalamnya juga dapat dipengaruhi oleh radikal bebas dan peroksida
sehingga terjadi mutasi genetik.
4.
Tahap Biologis
Tahap
biologis yang ditandai dengan terjadinya tanggapan biologis yang bervariasi
bergantung pada molekul penting mana yang bereaksi dengan radikal bebas dan
peroksida yang terjadi pada tahap ketiga. Proses ini berlangsung dalam orde
beberapa puluh menit hingga beberapa puluh tahun, bergantung pada tingkat
kerusakan sel yang terjadi. Beberapa akibat dapat muncul karena kerusakan sel,
seperti kematian sel secara langsung, pembelahan sel terhambat atau tertunda
serta terjadinya perubahan permanen pada sel anak setelah sel induknya
membelah. Kerusakan yang terjadi dapat meluas dari skala seluler ke jaringan,
organ dan dapat pula menyebabkan kematian.
Dilihat
dari interaksi biologi tadi di atas, maka secara biologis efek radiasi dapat
dibedakan atas :
1.
Berdasarkan jenis sel yang terkena paparan radiasi
Sel
dalam tubuh manusia terdiri dari sel genetic dan sel somatic. Sel genetic
adalah sel telur pada perempuan dan sel sperma pada laki-laki, sedangkan sel
somatic adalah sel-sel lainnya yang ada dalam tubuh.
Berdasarkan
jenis sel, maka efek radiasi dapat dibedakan atas :
- Efek Genetik (non-somatik) atau efek pewarisan adalah efek yang dirasakan oleh keturunan dari individu yang terkena paparan radiasi.
- Efek Somatik adalah efek radiasi yang dirasakan oleh individu yang terpapar radiasi. Waktu yang dibutuhkan sampai terlihatnya gejala efek somatik sangat bervariasi sehingga dapat dibedakan atas :
- Efek segera adalah kerusakan yang secara klinik sudah dapat teramati pada individu dalam waktu singkat setelah individu tersebut terpapar radiasi, seperti epilasi (rontoknya rambut), eritema (memerahnya kulit), luka bakar dan penurunan jumlah sel darah. Kerusakan tersebut terlihat dalam waktu hari sampai mingguan pasca iradiasi.
- Efek tertunda merupakan efek radiasi yang baru timbul setelah waktu yang lama (bulanan/tahunan) setelah terpapar radiasi, seperti katarak dan kanker.
2.
Berdasarkan dosis radiasi
Bila
ditinjau dari dosis radiasi (untuk kepentingan proteksi radiasi), efek radiasi
dibedakan atas efek stokastik dan efek deterministic
(non-stokastik).
i.
Efek Stokastik adalah efek yang penyebab timbulnya
merupakan fungsi dosis radiasi dan diperkirakan tidak mengenal dosis ambang.
Efek ini terjadi sebagai akibat paparan radiasi dengan dosis yang menyebabkan
terjadinya perubahan pada sel. Radiasi serendah apapun selalu terdapat
kemungkinan untuk menimbulkan perubahan pada sistem biologik, baik pada tingkat
molekul maupun sel. Dengan demikian radiasi dapat pula tidak membunuh sel
tetapi mengubah sel, sel yang mengalami modifikasi atau sel yang berubah
ini mempunyai peluang untuk lolos dari sistem pertahanan tubuh yang berusaha
untuk menghilangkan sel seperti ini. Semua akibat proses modifikasi atau
transformasi sel ini disebut efek stokastik yang terjadi secara acak. Efek
stokastik terjadi tanpa ada dosis ambang dan baru akan muncul setelah masa
laten yang lama. Semakin besar dosis paparan, semakin besar peluang terjadinya
efek stokastik, sedangkan tingkat keparahannya tidak ditentukan oleh jumlah
dosis yang diterima. Bila sel yang mengalami perubahan adalah sel genetik, maka
sifat-sifat sel yang baru tersebut akan diwariskan kepada turunannya sehingga
timbul efek genetik atau pewarisan. Apabila sel ini adalah sel somatik maka sel-sel
tersebut dalam jangka waktu yang relatif lama, ditambah dengan pengaruh dari
bahan-bahan yang bersifat toksik lainnya, akan tumbuh dan berkembang menjadi
jaringan ganas atau kanker.
Maka
dari itu dapat disimpulkan ciri-ciri efek stokastik a.l :
- Tidak mengenal dosis ambang
- Timbul setelah melalui masa tenang yang lama
- Keparahannya tidak bergantung pada dosis radiasi
- Tidak ada penyembuhan spontan
- Efek ini meliputi : kanker, leukemia (efek somatik), dan penyakit keturunan (efek genetik).
ii.
Efek Deterministik (non-stokastik) adalah efek yang
kualitas keparahannya bervariasi menurut dosis dan hanya timbul bila dosis
ambang dilampaui. Efek ini terjadi karena adanya proses kematian sel akibat
paparan radiasi yang mengubah fungsi jaringan yang terkena radiasi. Efek ini
dapat terjadi sebagai akibat dari paparan radiasi pada seluruh tubuh maupun
lokal. Efek deterministik timbul bila dosis yang diterima di atas dosis ambang (threshold
dose) dan umumnya timbul beberapa saat setelah terpapar radiasi. Tingkat
keparahan efek deterministik akan meningkat bila dosis yang diterima lebih
besar dari dosis ambang yang bervariasi bergantung pada jenis efek. Pada dosis
lebih rendah dan mendekati dosis ambang, kemungkinan terjadinya efek
deterministik dengan demikian adalah nol. Sedangkan di atas dosis ambang,
peluang terjadinya efek ini menjadi 100%.
Adapun
ciri-ciri efek non-stokastik a.l :
- Mempunyai dosis ambang
- Umumnya timbul beberapa saat setelah radiasi
- Adanya penyembuhan spontan (tergantung keparahan)
- Tingkat keparahan tergantung terhadap dosis radiasi
- Efek ini meliputi : luka bakar, sterilitas / kemandulan, katarak (efek somatik)
Dari
penjelasan di atas dapat disimpulkan :
*Efek
Genetik merupakan efek stokastik, sedangkan Efek Somatik dapat berupa stokastik
maupun deterministik (non-stokastik)
Bagaimana dengan kota hantu kota yang pernah terkena ledakan
radiasi ,,, bias kah daerah itu kembali seperti semula ?
Alatpencatat
http://ajunkdoank.wordpress.com/2008/12/29/proses-terjadinya-sinar-x/